Dokter Beberkan Penelitian Siklus Menstruasi dan Pengaruh Kesehatan Jantung

- 28 Mei 2023, 09:10 WIB
Ilustrasi siklus menstruasi wanita.
Ilustrasi siklus menstruasi wanita. /Freepik/

HARIAN BOGOR RAYA - Kepala dokter dan profesor di Nanfang Hospital of Southern Medical University di China Dr. Huijie Zhang menyebut, penelitian siklus menstruasi atau panjang siklus menstruasi wanita berfungsi jadi petunjuk sudah waktunya meningkatkan kesadaran pentingnya siklus menstruasi yang tidak teratur selama masa reproduksi seseorang.

Perkiraan total persentase global wanita dengan siklus menstruasi tidak teratur adalah sekitar 14-25 persen, menurut US National Institutes of Health.

Pada penelitian di Inggris dengan responden 58.056 menemukan wanita dengan siklus menstruasi teratur memiliki tingkat perkembangan penyakit kardiovaskular sebesar 2,5 persen, sedangkan wanita dengan siklus tidak teratur atau tidak menstruasi memiliki tingkat yang lebih tinggi sebesar 3,4 persen.

Baca Juga: Tips Orangtua Edukasi Remaja Putri Jaga Kebersihan Organ Intim Saat Menstruasi

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana panjang dan keteraturan siklus menstruasi dapat mempengaruhi kesehatan jantung.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of The American Heart menyatakan wanita yang memiliki siklus menstruasi atau panjang siklus yang relatif lebih pendek lebih rentan terhadap penyakit kardiovaskular.

Dikutip dari laman Medical Daily, Minggu, wanita dengan siklus menstruasi yang lebih pendek dari panjang rata-rata 21 hari, dan siklus yang lebih panjang dari panjang rata-rata 35 hari lebih rentan terhadap fibrilasi atrium, atau detak jantung tidak teratur.

Baca Juga: Penting! Syekh Nawawi Banten Jelaskan Qadha Puasa Ramadan Bagi Wanita Menstruasi

Fluktuasi hormon selama siklus menstruasi dianggap berperan dalam meningkatkan risiko pengembangan aritmia, atau detak jantung tidak teratur sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung seperti resistensi insulin, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, peradangan kronis, dan sindrom ovarium polikistik.

Halaman:

Editor: Maryam Purwoningrum


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x