HARIAN BOGOR RAYA - Sumur resapan diketahui memiliki banyak dampak. Dampak sumur resapan itu bisa dalam jangka panjang maupun pendek.
“Manfaat jangka panjangnya mengendalikan banjir dipermukaan dan penurunan muka air tanah dalam jangka panjang,” ungkap Manager Kampanye Infrastruktur dan Tata Ruang WALHI Eksekutif Nasional, Dwi Sawung, soal sumur resapan.
Sumur resapan jika digunakan secara optimal, masyarakat diharapkan bisa lebih siap menghadapi tantangan kemarau. Termasuk menjaga keberlanjutan sumber daya air.
Baca Juga: Dampak Kemarau Mulai Dirasakan Warga Pendeglang, 1000 Hektar Sawah Terancam Kekeringan
Dengan langkah-langkah yang tepat, sumur resapan bisa menjadi bagian penting dalam strategi pengelolaan air di masa depan. Ujarnya, sumur resapan muncul sebagai salah satu solusi efektif demi menjaga ketersediaan air dalam menghadapi musim kemarau yang semakin ekstrem.
Penggunaan sumur resapan harus diutamakan berdasarkan prioritas. Mulai dari kebutuhan pokok seperti air untuk konsumsi, diikuti kebutuhan ternak dan tanaman pangan.
“Sumur resapan sangat besar perannya ketika musim penghujan dan musim kemarau, menjaga neraca air seimbang, ini juga mesti dibarengi dengan menjaga RTH yang cukup di lingkungan sekitar,” kata Dwi, dilansir dari Antara.
Baca Juga: Jawa Barat Memasuki Puncak Musim Kemarau
Masih kata dia, penting juga untuk memastikan bahwa semua sistem pipa dan tempat penyimpanan air tidak mengalami kebocoran. Hal itu agar tidak ada air yang terbuang sia-sia.
Selain itu, menjaga ruang terbuka hijau (RTH) di sekitar juga sangat mendukung fungsi sumur resapan. Keefektifan sumur resapan bergantung pada kondisi geologi daerah dan tingkat penggunaan air tanah. Contohnya di daerah dengan penggunaan air yang masif dan tanah yang kurang mampu menyimpan air, manfaat sumur resapan mungkin berkurang.
Adapun, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan tujuh provinsi di Indonesia mengalami kekeringan ekstrem karena tidak ada hujan selama lebih dari dua bulan.
Baca Juga: Meskipun Sudah Memsuki Musim Kemarau, BMKG Menyampaikan Potensi Cuaca Ektrem Masih Terjadi
Situs BMKG di Jakarta, Rabu, menginformasikan terdapat 38 daerah di tujuh provinsi yang telah mengalami kekeringan.
Seperti daerah yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur meliputi Kota Kupang (144 hari), Sumba Timur (141 hari), Sabu Raijua (128 hari), Kupang (116 hari), Lembata (97 hari), Timor Tengah Selatan (97 hari), Sikka (72 hari), Rote Ndao (70 hari), Sumba Barat Daya (69 hari), dan Ende (69 hari).
Kondisi serupa juga menimpa Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jawa Barat, dan Provinsi Banten.***