Film tersebut turut menyoroti kehidupan sosial kelas bawah pada rakyat kurang mampu yang bertahan hidup di kota besar seperti Jakarta. Hal itu menjadi motif utama para teroris melancarkan aksinya.
Baca Juga: 5 Film Natal Terbaik Sepanjang Masa dan Rekomendasi untuk Anak, Cocok Ditonton saat Libur Sekolah
Selain itu mengangkat mata uang digital, kripto sebagai aset, mulai dari tebusan yang diminta teroris hingga jaringan kripto bekerja dengan dua pengusaha.
Peledakan bom juga dirancang menggunakan jaringan yang hanya dimengerti orang-orang tertentu.
Dalam menonton film tersebut, sejak awal penonton langsung menyaksikan aksi baku tembak antara teroris dengan anggota Badan Kontra Terorisme Indonesia (ICTA).
Berbagai senjata api digunakan untuk saling menundukkan pihak lawan.
Bahkan, lebih dari setengah adegan dalam film berisi pertarungan menggunakan senjata api.
Karya itu didukung dengan para pemainnya yang melakukan adegan dengan koreografi yang tertata rapi.
Sehingga, adegannya tidak terlihat sebagai akting, tetapi terkesan pertarungan antara teroris dengan tim keamanan negara.
Hal itu ditambah dengan efek visual dari tembakan dan efek suara sehingga membuat penonton cukup terpukau dengan kualitasnya. Salah satu contohnya ledakan asli pada mobil dan MRT.