Network
HARIAN BOGOR RAYA - Orangtua perlu menjelaskan apa yang terjadi pada tubuh remaja saat masuk usia pubertas. Lalu, konsekuensi aktivitas seksual kini memiliki dampak pada tubuh remaja.
Maka, anak remaja bisa jaga diri remaja dengan lebih baik. Bahkan, bisa mengenyahkan tipu daya pelaku kejahatan seksual.
Melanjutkan soal remaja, bisa dihindari miskonsepsi, kehamilan muncul sebagai konsekuensi pernikahan dan bukan konsekuensi hubungan seksual. Hal itu kerap terjadi di masyarakat.
Baca Juga: Remaja Putri di Tangsel Diperkosa Empat Orang, Seorang Pelaku Anak ASN
Pakar psikologi dan seksologi klinis, Zoya Amirin. Katanya, orangtua harus memakai bahasa lugas dan tidak memakai eufemisme terkait organ reproduksi saat mengedukasi anak remajanya.
Contohnya, orangtua tidak perlu menyebut “burung” sebagai pengganti kata penis atau “bunga” sebagai pengganti kata vagina. Itu justru membuat kebingungan dan meneruskan tabu yang tidak perlu.
Hal itu penting supaya anak remaja tahu nama sesungguhnya dari organ dan bagian tubuh yang mereka miliki.
Baca Juga: Dokter Beberkan Hal Penting Soal Remaja Dengan Gejala Depresi
“Jangan pula dijelaskan ‘kalau sudah menstruasi berarti sudah bisa nakal atau bisa macam-macam’, tapi jelaskan kalau sudah menstruasi, artinya sudah bisa dihamili laki-laki ketika ada penetrasi seksual,” kata dia.
