Pimpin Rakernas IV PDIP, Megawati Tegaskan bahwa Pemikiran Marhaenisme tidak Terikat pada Komunisme

- 29 September 2023, 20:16 WIB
Megawati berpidato di Rakernas IV PDIP ihwal Marhaenisme yang dicetuskan Soekarno.
Megawati berpidato di Rakernas IV PDIP ihwal Marhaenisme yang dicetuskan Soekarno. /Humas PDIP/

HARIAN BOGOR RAYA - Pimpin Rakernas IV PDIP, dalam pidatonya Megawati menegaskan bahwa Pemikiran Marhaenisme tidak terikat pada kerangka pemikiran Komunisme. 

Hal itu diungkapkan oleh Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), dalam pidatonya di Rakernas IV di JIEXPO Kemayoran, Jakarta Utara, Jumat 29 September 2023, menyusul banyaknya pihak yang kerap kali mengaitkan kerangka pemikiran Marhaenisme dengan Komunisme.

Oleh karena itulah Megawati Soekarnoputri menyebut bahwa pihak-pihak tersebut tidak tahu sejarah.

Baca Juga: Sampaikan Sambutan pada Rakernas IV PDIP, Bacapres Ganjar Pranowo Akui Tentang Sosok Megawati dan Jokowi.

"Dulu banyak orang selalu mengorelasikan, kalau menyebut marhaenisme langsung dikatakan kita ini komunisme. Padahal, berarti orang itu tidak tahu sejarah dan tidak tahu apa sebenarnya Marhaen," kata Megawati.

Kemudian Megawati menegaskan bahwa kerangka falsafah yang digaungkan oleh Soekarno tentang marhaenisme itu berawal saat bung Karno menemui seorang petani bernama Marhaen di Bandung.

Adapun falsafah itu muncul melalui pertanyaan Soekarno pada Marhaen. Di mana saat itu menurut penuturan Megawati, Soekarno melemparkan pertanyaan terkait kegiatan pertanian perorangan kepada Marhaen, kepemilikan sawah, hingga harga jual. 

Baca Juga: Megawati Bantah Isu Keterlibatannya atas Sikap Cawe-Cawe Presiden Jokowi di Pilpres 2024

"Ketika beliau (Soekarno) bertemu, 'Siapa nama bapak?' 'Marhaen, Pak'. Tentu (dalam) bahasa Sunda. 'Apakah sawah ini punya bapak?' 'Iya,'" ujar Megawati. 

"Apakah padi ini punya bapak?' 'Iya'.  'Apakah benih ini punya bapak?' 'Iya'. 'Apakah cangkulnya punya bapak? Iya. Apakah ketika panen nanti bapak akan berjual sesuai kebutuhan bapak? Iya. Apakah bapak bisa menghidupi keluarga bapak dengan beras yang telah disediakan? Iya. Lalu beliau (Soekarno) bertanya, apakah dengan kecukupan bapak itu cukup? Iya, tetapi saya tidak bisa memberikan tambahan bagi orang lain," tuturnya.

Dan Megawati pun mengungkapkan bahwa melalui pertanyaan-pertanyaan itulah maka falsafah marhaenisme muncul. Bahkan Megawati juga menegaskan kisah dibalik pemikiran marhaenisme bukanlah omong kosong belaka lantaran makam sosok marhaen itu sendiri bisa ditemukan di daerah Bandung.

Baca Juga: Megawati Masih Cari Cawapres Untuk Dampingi Ganjar Pranowo Maju di Pilpres 2024

"Ini sebetulnya filosofi daripada marhaenisme, dan ini yang saya ingin kenalkan bapak presiden, bapak wakil presiden, dan kalau mau tahu supaya jangan ada prasangka, makamnya itu ada. Silakan cari di kampung Cipagalo, Bandung. Jadi itu bukannya omong kosong," ucapnya.***

Editor: Herawati Nurlia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah