Network
HARIAN BOGOR RAYA - Terkait penentuan awal Ramadhan, masyarakat Indonesia diimbau tak perlu membesar-besarkan masalah perbedaan penentuan awal Ramadhan tersebut. Masyarakat Indonesia harus menjadi perekat persaudaraan dan persatuan. Bahkan, masyarakat Indonesia diajak agar saling menghormati akan perbedaan penentuan awal Ramadhan.
"Yang terpenting tingkatkan kesalehan kita, dengan kepedulian sosial kita kepada saudara-saudara kita yang memerlukan uluran tangan kita," kata Ketua MUI, Abdullah Zaidi, soal perbedaan penentuan awal Ramadhan.
Lalu, Ketua Komisi VIII RI, Ashabul Kahfi sebut bahwa perbedaan penentuan awal Ramadhan menampakkan kekayaan dan dinamika dalam pemahaman terhadap ilmu falak dan metode hisab yang digunakan.
Baca Juga: Jusuf Kalla Ingatkan Umat Muslim untuk Introspeksi Diri Sambut Puasa Ramadhan 2024
"Sidang isbat momen penting bagi kita untuk bersama-sama menentukan awal bulan Ramadhan. Ini waktu di mana kita dituntut memperhatikan perbedaan pendapat yang ada sambil tetap mempertahankan semangat persatuan dan persaudaraan," kata dia.
Ramadhan bukan hanya tentang menentukan tanggal, katanya, tetapi mempersiapkan diri untuk bulan penuh berkah dalam meningkatkan takwa, kesabaran, dan keikhlasan.
"Semangat Ramadhan harus tetap hidup tidak peduli tanggal dimulainya. Oleh karena itu, saya mengajak semua pihak untuk terus berdialog dan berdiskusi demi mencapai pemahaman bersama yang akan membawa kita pada persatuan dan kebersamaan umat Islam," katanya.
Baca Juga: Pengakuan Masyarakat Soal Tradisi Manjalang Mintuo Jelang Ramadhan
Sementara, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan perbedaan dalam penentuan awal Ramadhan merupakan hal yang lumrah dan tetap harus saling menghormati serta menjunjung nilai toleransi.
