Dokter Curhat Soal Pasien Kerap Anggap Sembuh Demam Lalu Terlambat Penanganan

17 Januari 2024, 20:16 WIB
Ilustrasi demam dan panas ekstrem. /Pixabay/guvo59

HARIAN BOGOR RAYA - Dokter dari Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia, Prof. Dr. dr. Erni Juwita Nelwan menyebut, demam pada DBD bisa berlangsung beberapa hari, lalu membaik. Maka, seringkali pasien menganggap sudah sembuh. Kondisi itu bisa menyebabkan keterlambatan penanganan dan memiliki kkontribusi pada kasus yang berat.

"Yang kita perlu curiga, satu demamnya mendadak, jadi pagi-pagi masih olahraga tiba-tiba sore langsung demam tinggi, kemudian ada sakit kepala luar biasa, lalu saat diperiksa ada pembesaran hati," kata Erni.

Masih terkait demam, anak-anak dinilai rentan terkena DBD. Angka kematian akibat DBD lebih banyak pada kelompok usia 5-16 tahun.

Baca Juga: Saran Penting Bagi Orangtua Jika Anak Demam Hari Ketiga Tak Kunjung Turun

Melanjutkan perihal demam, pada orang dewasa, kasus DBD bisa menjadi berat. Hal itu lantaran penyakit penyerta seperti hipertensi dan diabetes.

Sementara, Wakil Menteri Kesehatan, Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono berpendapat, demam yang sebenarnya pertanda demam berdarah dengue (DBD) sering dianggap demam biasa sehingga pasien terlambat dibawa ke rumah sakit.

"Yang tadinya dianggap sebagai demam biasa, sebenarnya kasus demam berdarah," kata Dante dalam video sambutan saat acara “Peran Masyarakat dalam Perlindungan Keluarga terhadap Ancaman Dengue/DBD" di Jakarta, Rabu.

Baca Juga: Alasan Vaksin DBD Gencar Saat Ada Penyakit Demam Berdarah

Angka kematian akibat demam berdarah mencapai 1-50 hingga 50-122. Salah satu faktor yang menyebabkan kematian akibat DBD adalah pasien terlambat dibawa ke rumah sakit.

Dante merujuk data Kementerian Kesehatan, mengatakan situasi dengue di Indonesia menunjukkan angka kasus mencapai 98.071 pada tahun 2023, dengan 764 angka kematian, sementara pada tahun 2022 yakni 143.176 kasus dengan angka kematian mencapai 1.236.

Pemerintah, imbuh dia, telah melakukan berbagai upaya pengendalian dengue, mulai dari larvasida sekitar tahun 1980-an, fogging (pengasapan) mulai tahun 1990-an, kemudian program Jumantik tahun 2000-an.

Baca Juga: Pengetahuan Penting Soal Vaksin DBD Demi Terhindar dari Demam Berdarah

"Mudah-mudahan kita mendapatkan berbagai upaya lagi yang lebih advance (maju) dan lebih baik serta lebih dini dalam upaya untuk mengatasi demam berdarah dengue pada masa yang akan datang," kata dia, dilansir dari Antara.***

Editor: Maryam Purwoningrum

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler