Upaya Kemenkes Atasi Potensi Kasus Demam Berdarah Akibat Cuaca Panas dan Terik

21 Maret 2024, 19:21 WIB
Ilustrasi demam berdarah. Maut Akibat DBD Bayangi Warga Garut, Begini Upaya Dinas Kesehatan. /FREEPIK/jcomp

HARIAN BOGOR RAYA - Pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melakukan upaya dari potensi kasus demam berdarah karena ada bahaya dari cuaca panas dan terik akhir-akhir ini.

Salah satu upaya dari potensi demam berdarah itu  adalah mewujudkan surveilans dengue secara data seketika (realtime), melalui pengembangan SIARVI (Sistem Informasi Arbosirosis). Juga bentuk Tim Gerak Cepat dalam penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan sistem kewaspadaan dini KLB.

Masij terkait demam berdarah, lalu, jajaran Kemekes bertindak melakukan diseminasi dan sistem kewaspadaan dini KLB. Pihaknya mendorong partisipasi masyarakat untuk gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus dan revitalisasi kelompok kerja operasional (POKJANAL).

Baca Juga: Waspada DBD, Ratusan Pasien Demam Berdarah Berdatangan di RSUD Bogor

Pihak Kemenkes pun menjalankan manajemen program, kemitraan dan komitmen pemerintah, Kementerian Kesehatan melakukan penyusunan RPM Penanggulangan dengue. Juga mengajak pemerintah daerah untuk membuat peraturan tentang pencegahan dan pengendalian dengue.

Lalu, terkait pengembangan kajian, penelitian dan inovasi, pemerintah mengembangkan sebuah teknologi Wolbachia yang sudah dikembangkan setidaknya di lima kota seperti Semarang, Bontang, Kupang, Bandung dan Jakarta Barat.

“Memang beberapa kegiatan ini tidak bisa kita lakukan sendiri-sendiri. Kita semua harus bersama-sama mengatasi penyakit dengue,” ujarnya.

Baca Juga: Komitmen Pemerintah Kendalikan Demam Berdarah Dengue Saat Musim Hujan

Pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sendiri kini tengah menyoroti bahaya cuaca panas dan terik beberapa hari terakhir. Pasalnya, ada potensi yang membuat jumlah kasus dengue (demam berdarah) meningkat dalam masyarakat.

“Kalau saya bilang akhir-akhir ini hujan deras, kemudian tiga empat hari ini panas. Ini yang menyebabkan genangan yang ada dari hujan itu berpotensi menimbulkan banyak sarang nyamuk untuk berkembang biak (breeding place),” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi dalam talkshow di Jakarta, Kamis.

Kata Imran, cuaca panas yang tiba-tiba datang menyebabkan air dalam tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti itu semakin kotor dan tidak terbilas dengan air yang baru.

Baca Juga: Gejala Demam Berdarah Hingga Kebocoran Plasma

“Sebetulnya dari sisi epidemiologi, lebih aman kalau hujan terus ada karena airnya akan terganti. Kalau sekarang hujannya berbahaya untuk terkait dengue,” kata dia.

Imran membeberkan dalam data kumulatif sebaran kasus dengue Kementerian Kesehatan per 18 Maret 2024, total kasus sudah mencapai angka 35.556 kasus.

Dengan enam provinsi yang menyumbang kasus terbanyak adalah Jawa Barat 10.428 kasus, Jawa Timur 3.638 kasus, Sulawesi Tenggara 2.763 kasus, Kalimantan Tengah 2.309 kasus, Kalimantan Selatan 2.068 kasus dan Lampung 1.761 kasus.

Baca Juga: Saran Penting Jika Ada yang Positif Menderita Demam Berdarah

Dalam data yang sama, total kasus kematian yang diakibatkan oleh dengue pun sudah mencapai 290 kasus.

Kemenkes pun telah melakukan enam langkah strategis dalam memberantas penyakit dengue makin berkembang dalam masyarakat. Ia menjelaskan strategi pertama yang dilakukan adalah fokus pada manajemen vektor, yakni mengendalikan kasus sebelum masa penularan dengan memberdayakan masyarakat, misalnya melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dan pemeriksaan jentik secara berkala.

Selanjutnya, yakni menerbitkan berbagai aturan seperti PNPK terkait tata laksana infeksi dengue pada dewasa dan anak-anak serta remaja. Kemudian menggalakkan penggunaan RDT dengue sebagai alat bantu penegakan diagnosis dini.***

Editor: Maryam Purwoningrum

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler