Network
HARIAN BOGOR RAYA - Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Prof. Tjandra Yoga Aditama menyebut bahwa sampai hari ini polusi udara masih menyelimuti wikayah Jakarta dan sekitarnya.
Juga dampaknya adalah ditemukan kenaikan angka kejadian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada masyarakat. Termasuk dampak penyakit paru dan pernapasan lainnya dari kondisi polusi udara.
Terkait studi di India, menurutnya, hal itu merupakan suatu hal baik apabila penelitian AQLI dapat dilakukan di Indonesia guna mengetahui pasti ada tidaknya dampak polusi udara pada usia harapan hidup di sini.
Baca Juga: Polusi Udara, Akademisi Undip Sorot Kendaraan Pribadi dan Transportasi Umum
"Dan kalau ada maka seberapa besar kehilangan tahun kehidupannya. Penelitian ini perlu dilakukan dan dimulai sejak sekarang, sehingga pada saatnya nanti kita akan mendapat data ilmiah yang valid dan dapat dipercaya. Semoga pihak terkait segera mengambil langkah yang tepat," kata Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI itu.
Ia merujuk penelitian Air Quality Life Index (AQLI) di India tahun 2021, bahwa polusi udara bisa berdampak pada usia harapan hidup masyarakat di sana.
"Publikasi 29 Agustus 2023 ini adalah analisa berdasar data tahun 2021, di mana pada tahun itu kadar rata-rata tahunan PM2.5 di New Delhi adalah 126.5 g/m3, artinya lebih 25 kali dari batas rekomendasi WHO yang 5 g/m3. Angka bahan partikulat juga tercatat tinggi di New Delhi pada tahun 2021 itu," kata Tjandra, dilansir dari Antara.
Baca Juga: Pentingnya Pemakaian Masker Saat Kondisi Polusi Udara
Bagi Tjandra, tingginya kadar polusi udara tahun 2021 memberi dampak penurunan rentang usia penduduk New Delhi menjadi lebih pendek 11,9 tahun, apabila menggunakan batas aman menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
