Catatan Sejarah Menolak Lupa Festival Kemarau 75, Hingar Bingar Musik Rock di Indonesia

- 7 Mei 2024, 18:30 WIB
Ahmad Albar dalam Festival Kemarau 75/Medsos
Ahmad Albar dalam Festival Kemarau 75/Medsos /


HARIAN BOGOR RAYA - Perkembangan musik di Indonesia tak lepas dengan tumbuhnya peradaban umat manusia terutama di negeri sendiri bahwa kita takkan luput dari perjalanan sejarah.

Dalam tulisan Menolak Lupa Festival Kemarau  75 kita bisa menyikapinya bahwa perjalanan musik di tanah air pernah meramaikan sejarah di Indonesia.

Melalui kutipan sejarah di media sosial tak ada salahnya kita melihat ke belakang sejarah musik di Indonesia, berikut pemaparannya.

Baca Juga: Infografis Koes Plus Ikut Mewarnai Sejarah Indonesia di Tengah Gejolak Politik

Setelah Wim Umboh sukses menggelar Festival Summer 73 di Jakarta, Majalah Aktuil yaitu majalah musik yang paling terkenal di tahun 70 an menggelar pesta musik berjudul ”Kemarau 75” yang menampilkan 11 grup musik beraliran rock. Mereka adalah Blood Stone (Bogor); Voodoo Child (Semarang); Rhapsodia, Odalf, Famous, Giant Step (Bandung), Rawa Rontek (Banten); The Hands (Surabaya); Lizard, Brother Hood dan God Bless (Jakarta).

Festival Kemarau 75 digelar di lapangan belakang Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, pada hari Minggu tanggal 31 Agustus 1975 pagi. Meskipun sejam sebelumnya hujan turun, sejak pukul 09.00 para penonton rela berdesakan mendekat ke panggung.

Dikutip dari majalah Top, lapangan belakang Gedung Sate Bandung tempat pertunjukkan sudah penuh sesak oleh penonton yang mulai gelisah karena show belum juga dimulai, akibatnya sandal, sepatu dilempar keatas panggung diselingi jeritan para penonton yang terhimpit.

Jam 10.20 akhirnya pertunjukkan dimulai dibuka oleh Blood Stone dari Bogor yang membawakan lagu In To The Fire dari Deep Purple namun karena band tersebut kurang dikenal mereka pun diminta turun panggung. Setelah itu satu persatu group-grup  band bergiliran untuk tampil diatas panggung.

Yang menjadi raja panggung adalah GodBless yang bisa dikatakan sebagai band kemarin sore karena baru terbentuk 2 tahun lalu (1973). GB pada saat itu baru merekrut Ian Antono dan Teddy Sudjaya dan keyboard kembali dipegang oleh Yockie S. GB langsung menggebrak dengan lagu Keep In Time (Trapeze), Brighton Rock nya Queen dan Sage nya ELP.

Baca Juga: Dilarang Grammy Awards Pentolan Band Legendaris The Beatles Manfaatkan Teknologi AI

Melihat antusiasme penonton yang diluar dugaan membuat Yockie S sempat ketar ketir ditambah banyak wartawan - wartawan dan orang-orang yang mengaku roadies ada dipanggung membuat panggung terlihat sangat sesak.

Menurut wartawan majalah TOP jumlah korban yang luka-luka kurang lebih sebanyak 26 orang.

Di era 70 an Festival Musik memang penuh gairah karena waktu itu hiburan-huburan sangat jarang ada dan pagelaran Festival Musik  pun sangat sederhana mulai dari panggung konsernya yang berupa papan-papan yang ditaruh diatas drum-drum dan  penutup panggung menggunakan terpal. Selain itu pergantian band satu dengan yamg lain bisa memakan waktu 15 menit mengingat mereka membawa sendiri alat-alat  musik mereka, kadang untuk nyetem gitar bisa sampai 10 menit.

Dan di era itu sudah menjadi kewajiban untuk mengcover lagu-lagu band-band yang lagi nge hits..(kecuali Giant Step yang membawakan lagu-lagu sendiri). Mengapa wajib mengcover lagu orang? Karena itu yang diinginkan penonton..semakin mirip aslinya semakin mendapat applaus

Nah itulah sedikit cuplikan tulisan tentang sejarah rock di Indonesia dilansir dari media sosial File Musik Lawas. ***



Editor: UG Dani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah