HARIAN BOGOR RAYA - Catatan para peneliti, sekitar 70 persen anak-anak dengan diagnosis BDD alami setidaknya satu gangguan psikologis lain. Contohnya kecemasan dan depresi. Dan pasien BDD muda dinilai perlu lakukan skrining gangguan kecemasan dan depresi hingga penyakit penyerta.
Kemudian sekitar setengah atau 42 persen anak-anak dengan BDD melaporkan tindakan menyakiti diri sendiri atau upaya bunuh diri daripada dengan hanya persen persen di antara mereka yang tidak mengalami gangguan itu.
“Keasyikan penampilan merupakan fenomena klinis yang signifikan, terkait dengan morbiditas substansial. Diperlukan untuk meningkatkan kesadaran akan BDD, meningkatkan praktik skrining, dan mengurangi hambatan terhadap pengobatan berbasis bukti"
Baca Juga: 20 Rekomendasi Hadiah Lomba 17 Agustus untuk Anak-anak dan Remaja, Tingkatkan Semangat Kemerdekaan
Demikian terungkap dalam sebuah studi. Ia pun mengatakan, anak perempuan terutamanya remaja, berpotensi enam kali lebih sering mengalami gangguan dismorfik tubuh atau yang lebih dikenal dengan Body Dysmorphic Disorder (BDD) yang dapat memberi dampak negatif pada kualitas hidup anak.
Dilansir dari Medical Daily melalui Antara, gangguan dismordik tubuh itu adalah suatu kondisi kesehatan mental dimana penderitanya merasa ada kekurangan pada fisiknya dan dipikirkan secara berlebihan.
Pada studi itu, penyakit mental itu mampu membuat penderitanya merasakan emosi negatif dan memiliki dampak signifikan pada kualitas hidup. Kondisi itu seringkali tidak terdeteksi dan penderitanya sulit mendapatkan pengobatan di usia mudanya.
Baca Juga: Misteri Mengapa Seseorang Ada di Pikiran Kita: Penjelasan Psikologi dan Emosi
Profesor Psikolog dari Universitas College London Georgina Krebs menyebut biasanya penderita mengalami gejala seperti berpikir berlebihan tentang kekurangan atau kecacatan tubuh yang mungkin dirasa tidak penting oleh orang lain.