Network
HARIAN BOGOR RAYAse - Tim peneliti memberitahu para orangtua soal hasil temuan yang mereka dapatkan tentang menghisap vape. Sebagian besar orangtua pengguna vape merasa terkejut dengan temuan ini. Pasalnya, para orangtua itu selama ini menganggap vape lebih aman daripada rokok konvensional.
"Setidaknya dalam pikiran saya dan selalu saya utarakan kepada orang lain yang bertanya, adalah vape mungkin 95 persen lebih baik dari menghisap rokok. Untuk saya, itu membuat vape terlihat sebagai versi yang lebih sehat," kata salah satu orangtua dalam studi.
Vape sendiri awalnya dipromosikan sebagai alternatif rokok bagi para perokok yang ingin berhenti menghisap rokok konvensional. Sayangnya, beragam studi ada indikasi bahwa vape sama berbahayanya dengan rokok konvensional.
Baca Juga: Anjuran Penting Soal Kebersihan Mulut Selama Ibadah Puasa Hingga Dampak Buruk Rokok dan Vape
Asap dari vape bisa memuat lebih dari 7.000 zat kimia. Lantaran dianggap lebih sehat, pengguna vape bisa menghisap hingga ratusan kali per hari. Frekuensi yang sangat sering ini bisa semakin meningkatkan risiko masalah kesehatan, termasuk kanker dan peradangan di paru-paru.
Menghisap vape yang sudah menjadi kebiasaan tak hanya memiliki potensi membahayakan kesehatan penggunanya, tetapi visa membahayakan orang disekelilingnya. Orang yang menghirup asap vape secara pasif berisiko lebih besar terhadap kanker, terlebih anak-anak.
Sebuah studi terbaru yang dipimpin oleh Jeannie Rodriguez dari Emory University mengungkap zat kimia dari asap vape bisa memicu bisa peradangan di dalam tubuh dan mendorong terjadinya kerusakan seluler. Kondisi ini kerap dikaitkan diabetes, penyakit jantung, serta kanker.
Baca Juga: Peneliti Beri Peringatan Soal Penggunaan Vape dan Covid-19
"Banyak perokok beralih ke rokok elektrik, berpikir bahwa itu lebih aman bagi orang-orang di sekitarnya," ujar Jeannie Rodriguez seperti dikutip dari Mail Online melalui Antara.
