"Apakah padi ini punya bapak?' 'Iya'. 'Apakah benih ini punya bapak?' 'Iya'. 'Apakah cangkulnya punya bapak? Iya. Apakah ketika panen nanti bapak akan berjual sesuai kebutuhan bapak? Iya. Apakah bapak bisa menghidupi keluarga bapak dengan beras yang telah disediakan? Iya. Lalu beliau (Soekarno) bertanya, apakah dengan kecukupan bapak itu cukup? Iya, tetapi saya tidak bisa memberikan tambahan bagi orang lain," tuturnya.
Dan Megawati pun mengungkapkan bahwa melalui pertanyaan-pertanyaan itulah maka falsafah marhaenisme muncul. Bahkan Megawati juga menegaskan kisah dibalik pemikiran marhaenisme bukanlah omong kosong belaka lantaran makam sosok marhaen itu sendiri bisa ditemukan di daerah Bandung.
Baca Juga: Megawati Masih Cari Cawapres Untuk Dampingi Ganjar Pranowo Maju di Pilpres 2024
"Ini sebetulnya filosofi daripada marhaenisme, dan ini yang saya ingin kenalkan bapak presiden, bapak wakil presiden, dan kalau mau tahu supaya jangan ada prasangka, makamnya itu ada. Silakan cari di kampung Cipagalo, Bandung. Jadi itu bukannya omong kosong," ucapnya.***