Saran Terbaik Bagi Orangtua Jika Anak Tantrum

24 April 2024, 10:39 WIB
Ilustrasi - Tantrum, sebuah ledakan emosi pada anak bisa terjadi dalam berbagai bentuk /Pixabay/Tookapic

HARIAN BOGOR RAYA - Tantrum yang berat dan berlangsung lama bisa menjadi tanda adanya masalah internalisasi dalam mengontrol emosi serta masalah eksternalisasi dalam bersikap kepada orang lain. Ini menjadi tanda bahwa anak mengalami kesulitan dalam mengelola dan mengekspresikan emosi mereka dengan tepat, dan bisa memerlukan bantuan profesional untuk menangani masalah tersebut dengan lebih baik.

Ketika anak mengalami tantrum, maka sebanyak 86 persen anak menangis, 40 persen anak berteriak, dan 13 persen anak merengek.

Bagi orangtua, saran terbaik membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan guna menjalani pemeriksaan jika anak mengalami tantrum lebih dari 15 menit lebih dari lima kali dalam sehari, melukai diri sendiri dan orang lain saat tantrum, dan suasana hatinya tidak segera kembali normal pasca tantrum.

Baca Juga: Dokter Beri Tips Orangtua Hadapi Anak yang Demam Hingga Batuk

"Periksa anamnesis, apakah sakit atau infeksi atau gangguan tumbuh kembang, keterlambatan bicara, skrining pendengaran. Kalau lebih lanjut cek laboratorium untuk dilihat adanya kelebihan timbal dan ada gangguan perilaku abnormal," kata Anggota Unit Kerja Koordinasi Tumbuh Kembang Pediatri Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia, Dr. dr. I Gusti Ayu Trisna Windiani.

Jelasnya, bermain menggunakan gawai dalam waktu lama bisa memicu munculnya perilaku negatif seperti tantrum pada anak.

"Anak yang menonton atau mendapatkan paparan gadget lebih dari 20 menit, 66 persen mengalami tempered tantrum, karena penggunaan atau paparan gadget terlalu lama akan mengubah perilaku menjadi negatif," kata dokter yang biasa disapa Trisna itu, dilansir dari Antara.​​​​​​

Baca Juga: Era Digital, Orangtua Harus Perhatikan Anak Perempuan yang Menstruasi

Ia menjelaskan bahwa anak-anak bisa tantrum karena tidak suka ada perubahan mendadak saat melakukan hal yang disukai, yang terjadi ketika orang tua meminta anak melakukan aktivitas lain semasa asyik bermain menggunakan gawai.

Anak-anak juga bisa tantrum, ujarnya, jika mengalami infeksi, gangguan tidur, lelah, atau lapar serta belum punya keterampilan menanggulangi perasaan sendiri.
itu mengatakan bahwa tantrum dapat terjadi pada anak usia 18 bulan sampai empat tahun.

Menurut dia, lama dan frekuensi tantrum akan berkurang seiring dengan pertambahan usia anak. Trisna menjelaskan, tantrum merupakan bagian dari perkembangan emosional normal pada anak, tetapi bisa menjadi abnormal jika berlanjut dan tidak diintervensi.

Baca Juga: Langkah Penting Agar Orangtua Bisa Amati dan Pandu Kebiasaan Makan Anak

Oleh sebab itu, ia mengatakan, penting bagi para orang tua untuk mengetahui tahapan perkembangan emosional anak berdasarkan usia.

Menurut dia, anak pada usia 15 bulan sudah bisa merasakan kesedihan dan emosi orang lain, pada usia 22 bulan sudah bisa menentang jika dilarang, dan pada usia dua tahun sudah bisa mengendalikan emosi.

"Usia tiga tahun sudah bisa berbagi dengan orang lain tanpa diminta, empat tahun sudah bisa menunjukkan rasa bahagia, takut, marah, karena perkembangan emosional sudah terbentuk dengan baik," kata
Dokter lulusan Universitas Udayana ini.***

Editor: Maryam Purwoningrum

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler