Penelitian Ungkap Kemampuan Mental dan Risiko Stroke

29 Juni 2024, 22:38 WIB
Ilustrasi Kesehatan /Bing/Image Creator

HARIAN BOGOR RAYA - Hasil penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal Epidemiologi dan Kesehatan Masyarakat memiliki beberapa keterbatasan. Contohnya, tidak mempertimbangkan faktor risiko lain seperti gaya hidup merokok, aktivitas fisik, pola makan. Termasuk pendidikan tinggi dan berbagai faktor penentu sosial yang signifikan terhadap kesehatan.

Penelitian pun mengungkap, individu dengan kemampuan (kesehatan) mental buruk saat masa remaja bisa menghadapi risiko tiga kali lipat terkena stroke pada usia 50 tahun. Orang dengan kemampuan mental rendah ada kemungkinan 2,5 kali lebih besar terkena serangan stroke sebelum usia 50 tahun. 

Hal itu dibandingkan dengan orang yang memiliki skor tinggi. Dan orang dengan skor sedang mempunyai kemungkinan 78 persen lebih besar mengalami masalah kesehatan stroke.

Baca Juga: Studi Ungkap Hal Penting Soal Makan Malam dan Risiko Stroke

Pasca memperhitungkan berbagai faktor yang berpotensi memengaruhi, risiko stroke hampir dua kali lipat di antara mereka yang memiliki kemampuan mental tingkat sedang dan lebih dari 3 kali lebih tinggi di antara mereka yang memiliki tingkat rendah pada masa remajanya.

Dilansir dari laman Medical Daily, hasil penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal Epidemiologi dan Kesehatan Masyarakat mengungkap, remaja dengan kemampuan berkonsentrasi, memecahkan masalah, dan belajar yang buruk memiliki risiko lebih tinggi terkena stroke dini.

“Selain obesitas dan hipertensi pada remaja, fungsi kognitif yang lebih rendah mungkin menjadi faktor risiko timbulnya stroke dini,” para peneliti menyimpulkan dalam studi tersebut.

Baca Juga: Deretan Tanda Penyakit Stroke, Perlu Anda Ketahui Demi Kesehatan Tubuh Anda

Stroke dikenal sebagai serangan otak. Stroke itu keadaan darurat medis kardiovaskular yang terjadi secara tiba-tiba, dimana aliran darah ke otak terganggu dan memberi pengaruh pada kemampuan bicara, makan, bergerak, dan fungsi tubuh lainnya.

Stroke dapat terjadi karena bekuan darah (stroke iskemik) atau pendarahan di jaringan otak (stroke hemoragik). Sekitar setengah dari pasien stroke mungkin mengalami gangguan jangka panjang.

Hasil penelitian mempunyai arti penting mengingat meningkatnya kejadian stroke di kalangan individu di bawah 50 tahun.

Baca Juga: Kenali Gejala Stroke dan Segeralah konsultasikan Dengan Dokter

Tim peneliti menggunakan data dari sampel nasional yang mewakili 1,7 juta anak muda Israel yang menjalani tes fungsi kognitif komprehensif sebelum wajib militer. Studi tersebut memiliki data partisipan berusia antara 16-20 tahun, dari tahun 1987 hingga 2012.

Berdasarkan hasil tes kognitif, peserta dikelompokkan menjadi kelompok kecerdasan rendah (skor IQ di bawah 89), sedang (kisaran skor IQ: 89–118), atau tinggi (skor IQ di atas 118). Data peserta kemudian dihubungkan dengan Israel National Stroke Registry.

Sebanyak 908 kasus stroke tercatat selama periode penelitian, 767 di antaranya adalah stroke iskemik dan 141 karena pendarahan. Angka kematian adalah 5 persen dan 62 persen kematian tersebut terjadi dalam waktu satu bulan setelah stroke.

Baca Juga: Langkah Agar Ibu Hamil Waspada Soal Faktor Keturunan Stroke dalam Keluarga

Usia rata-rata stroke pertama berdasarkan penelitian itu adalah 39,5 tahun. Mereka yang memiliki skor kemampuan mental rendah hingga sedang, insiden kedua jenis stroke lebih tinggi, khususnya stroke iskemik.***

Editor: Maryam Purwoningrum

Sumber: Medical Daily

Tags

Terkini

Terpopuler