Orangtua juga dapat merotasikan atau mengganti alat permainan secara berkala.
"Hal tersebut dapat dilakukan jika anak terlihat bosan, merasa permainan tersebut terlalu mudah, atau sudah tidak tertarik memainkannya kembali," jelas Pritta.
Baca Juga: Pelaku Pencabulan Anak Dibawah Umur di Cianjur Ditetapkan Sebagai Tersangka
Ia pun memberikan beberapa penjelasan untuk orangtua agar mereka dapat memilih dan menyimpan alat permainan sesuai dengan usia dan tahap tumbuh kembangnya, terutama untuk anak usia dini (3 - 8 tahun).
Saat ditemui dalam acara “Peluncuran Kampanye ‘Berani Main di Lantai’ oleh So Klin Lantai” di Buumi Playscape, Jakarta, Selasa, Pritta mengatakan ada beberapa bagian perkembangan anak, salah satunya adalah bagian perkembangan kemampuan bahasa. Untuk mengembangkan area kemampuan bahasa pada anak, orang tua dapat memilih permainan yang mendorong anak untuk aktif berbicara.
“Misalnya, bermain pura-pura menjadi dokter, masak-masakkan, main jual-beli, pokoknya sesuatu yang membuat mereka bercerita, mengarang sesuatu, dan belajar mengkomunikasikannya,” kata Pritta, dilansir dari Antara
Baca Juga: Pesan Penting Dokter Soal Stunting dan Anak Dengan Penyakit Jantung Bawaan
Pritta menyebutkan, bagian perkembangan anak yang tidak boleh terlewat adalah bagian sosial emosional anak yang dapat dibentuk salah satunya ketika orang tua menemani anak bermain dan menjalin keakraban terhadap mereka.
Orangtua dapat terlibat aktif dengan memilih permainan yang dapat merangsang sisi sosial dan emosional mereka. Misalnya, permainan dengan mobil-mobilan, rumah-rumahan, dan lainnya.
"Orangtua dapat bermain bersama anak untuk meningkatkan kedekatan dengan mereka, sehingga anak memiliki kepercayaan dan menganggap orang tua memiliki pandangan yang sama dengan mereka," kata Pritta.