"Memberi ruang mereka berekspresi dengan tidak memarahi ketika coret-coret tembok, atau diarahkan ke media gambar yang murah seperti kertas dan alat gambar yang ada, misalnya krayon dan spidol," kata Wahyu Aditya yang akrab dipanggil Wadit dalam acara festival menggambar di Jakarta, Minggu.
Sebagai penggerak di bidang animasi dan kreativitas Indonesia, Wadit percaya, setiap imajinasi itu sebuah ide yang perlu dikembangkan dengan kreativitas agar nanti bisa menjadi suatu kenyataan.
Baca Juga: Terkuak Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang, Diduga Suami Sekaligus Ayah Korban
Pada masa usia anak 2-3 tahun, anak sering berekspresi dengan gambar atau mencoret-coret. Hal ini, kata Wahyu, merupakan perwujudan dari asal usul nenek moyang yang dulu berkomunikasi lewat gambar.
Sehingga, menggambar bisa menjadi salah satu bentuk mengekspresikan diri, dan tugas orangtua untuk membangun kembali seni yang ada pada diri anak
Perlu diketahui, sebagian orangtua mungkin kesal melihat anaknya mencorat-coret tembok, meskipun banyak juga yang mengerti dan mendiamkannya. Lalu, bagaimana orang tua seharusnya menyikapi perilaku anak yang seperti itu.***