Network
HARIAN BOGOR RAYA - Penelitian terkait hubungan intrinsik antara sklerostin dan otak telah dilakukan selama lebih dari enam tahun. Penelitian yang menggunakan tikus ini pun dilakukan oleh tim peneliti dari Rumah Sakit Nanjing Drum Tower dan melakukan afiliasi dengan Fakultas Kedokteran Universitas Nanjing.
Nampak pada percobaan menggunakan tikus menunjukkan, sklerostin yang dilepaskan oleh sel-sel tulang tikus yang sudah tua bisa menerobos sawar darah-otak, menghambat transmisi sinyal neuron pusat, merusak plastisitas dan integritas sinapsis neuron, serta menyebabkan penurunan fungsi kognitif pada tikus, ujar Guo Baosheng, profesor di fakultas kedokteran tersebut.
Pada percobaan itu menggunakan tikus untuk penyakit Alzheimer. Temuan para peneliti, peningkatan konsentrasi sklerostin bisa mempercepat pembentukan plak amiloid dan memperparah penurunan kognitif.
Baca Juga: Hal Penting Soal Obat Kumur Hingga Diabetes dan Alzheimer
Hasil temuan penelitian ini, pasien Alzheimer dengan osteoporosis memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan kognitif, kata Guo.
Peneliti China telah menemukan bahwa osteoporosis dapat mengganggu fungsi kognitif, sehingga memberikan pendekatan baru untuk pengobatan klinis gangguan neurodegeneratif seperti penyakit Alzheimer, menurut Universitas Nanjing.
Penemuan oleh tim peneliti dari Rumah Sakit Nanjing Drum Tower yang berafiliasi dengan Fakultas Kedokteran Universitas Nanjing ini telah diterbitkan dalam jurnal Nature Metabolism.
Baca Juga: Hal Penting Soal Risiko Alzheimer dan Tidur Nyenyak Slow Wave
Osteoporosis merupakan gangguan metabolik tulang yang ditandai dengan penurunan massa dan kualitas tulang secara progresif, yang menyebabkan peningkatan kerapuhan tulang dan risiko patah tulang yang lebih tinggi.
