Bersiap Musim Kemarau, BMKG Imbau Hal Penting dan Berkoordinasi

28 Januari 2023, 20:17 WIB
Ilustrasi musim kemarau. /Pixabay/gdakaska/

HARIAN BOGOR RAYA– Soal musim kemarau, Badan Meteorologi, Klimatilogi, dan Geofisika (BMKG) telah berkoordinasi dengan sejumlah pihak.

Koordinasi terkait musim kemarau dengan berbagai pihak ini untuk melakukan modifikasi cuaca saat terjadi kemarau kering.

Sejumlah pihak yang diajak koordinasi terkait musim kemarau adalah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Baca Juga: Mahasiswa UI Jatuh dari Motor Hingga Meninggal dan Ditetapkan Sebagai Tersangka

Adapun, teknologi modifikasi cuaca yang dimaksud adalah dengan menyemai garam saat awan hujan sudah berada di dekat waduk. Hujan nanti akan masuk ke dalam waduk.

"Waduk-waduk diisi penuh jangan sampai awannya lewat saja, sehingga kalau turun nanti membanjiri tempat lain. Tetapi mumpung mendekat ke waduk (hujan) dipaksa turun, sehingga saat turun jatuhnya tepat masuk ke danau agar bisa disimpan," ujar Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati.

"Jadi, konsepnya adalah menyimpan dan menampung air hujan yang diperlukan saat nanti kita kekurangan air," ucapnya.

Baca Juga: Pakar Hukum Pidana Sorot Mahasiswa UI Meninggal Dunia Karena Tersangkanya Dirinya Sendiri

Dwikorita mengatakan bahwa selama musim kemarau, masyarakat dapat mengoptimalkan air permukaan. Hal tersebut dapat dilakukan komunitas masyarakat, terlebih yang berada di desa-desa.

"Saya lihat sendiri di desa-desa mereka melakukan pemanenan air hujan. Ada yang membuat bendungan, sehingga airnya bisa dikumpulkan di situ, ada pintu airnya, kalau berlebih dilepas untuk irigasi. Nanti kalau kemarau sudah nggak ada hujan kita sudah punya tabungan (air)," tuturnya seperti dilaporkan Antara.

Ia pun mengimbau masyarakat agar dapat meningkatkan kewaspadaaan untuk menghadapi transisi pergantian musim dari musim hujan ke musim kemarau.

Baca Juga: Kekerasan Dalam Rumah Tangga Venna Melinda Berbuntut Panjang, Hotman Paris Tegaskan Semua Saksi

Diketahui, sebagian besar wilayah di pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara akan mengalami periode transisi dari musim hujan ke musim kemarau yang akan terjadi pada Maret, April, dan Mei 2023.

Imbauan tersebut terlebih ditujukan untuk masyarakat yang tinggal di wilayah Sulawesi, Papua barat bagian utara, dan sebagian kecil wilayah Papua.

Menurut Dwikorita, transisi musim tersebut menimbulkan fenomena cuaca ekstrem, seperti angin puting beliung, angin kencang, hujan lebat dengan periode singkat yang memicu bencana hidrometeorologi.

Baca Juga: BMKG Ungkap Terjadinya Fenomena La Nina, Waspada Potensi Karhutla

Masyarakat pun diminta untuk bersiap menghadapi musim kemarau. Musim kemarau tahun ini diprediksi akan lebih kering jika dibandingkan dengan masa 3 tahun berturut-turut sebelumnya.

“Mulai saat ini, saat masih musim hujan, seluruh pihak, seluruh masyarakat berupaya bersama dengan Pemerintah Daerah memanen air hujan, menyimpan air hujan yang turun untuk memenuhi waduk-waduk, embung-embung, kolam-kolam, untuk diresapkan itu jangan disia-siakan langsung lari ke laut atau ke sungai," kata Dwikorita, dikutip pada Sabtu, 28 Januari 2023.

Puncak musim kemarau akan berlangsung pada Juni dan Juli, berlanjut hingga September. Hal tersebut pun akan terjadi di hampir seluruh wilayah di Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Kalimantan.***

 

Artikel ini telah terbit di Pikiran Rakyat dengan judul BMKG Minta Masyarakat Waspadai Peralihan Musim yang Dapat Sebabkan Cuaca Ekstrem

 

Editor: Maryam Purwoningrum

Tags

Terkini

Terpopuler