HARIAN BOGOR RAYA - Menurut Direktur Mitigasi Perubahan Iklim KLHK, Yulia Suryati, masyarakat Indonesia bisa ambil peran dalam melindungi ozon. Salah satunya melalui tindakan mengurangi penggunaan bahan perusak ozon (BPO) yang banyak terdapat pada sistem pendingin.
"Kita harus mengurangi penggunaan bahan perusak ozon yang banyak digunakan pada sistem pendingin. Masyarakat pada saat harus menyervis AC atau sistem pendingin lainnya harus memastikan refrigerant (pendingin) yang bersifat BPO tidak dilepas ke udara atau atmosfer," kata Yulia.
Pihak Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sendiri menyampaikan temuan lubang ozon seluas 26 juta kilometer persegi di atas Antarktika tidak berdampak langsung kepada Indonesia.
Baca Juga: Langkah KLHK Awasi Masyarakat yang Lakukan Pembakaran Terbuka
"Lubang ozonnya terjadi di Antarktika. Jadi, negara-negara yang dekat dengan Kutub Selatan yang lebih terkena dampak, seperti Australia. Kalau lubang ozonnya makin meluas, baru Indonesia terdampak," katanya, dilansir dari Antara.
Sementara, Badan Antariksa Eropa (ESA) melalui pemantauan dengan Satelit Copernicus Sentinel 5P menemukan kemunculan lubang ozon di atas Antarktika mencapai ukuran 26 juta kilometer persegi.
Luas lubang ozon itu diperkirakan setara dengan tiga kali luas Brasil. Dikutip dari Live Science melalui Antara, data satelit menunjukkan ukuran lubang pada lapisan ozon di atas Antartika itu adalah salah satu yang terbesar yang pernah muncul.
Baca Juga: KLHK Ungkap Permintaan Pada Masyarakat Soal Uji Emisi
Para ahli menilai lubang itu muncul akibat letusan gunung berapi bawah laut Tonga pada awal 2022.
Lapisan ozon merupakan lapisan di atmosfer pada ketinggian 20 sampai 35 kilometer di atas permukaan bumi yang mampu menyerap 97 hingga 99 persen sinar ultraviolet matahari yang berpotensi menimbulkan kerusakan di muka bumi.