Trik Waspada dan Jaga Data Pribadi dari Pelaku Kejahatan Siber

18 April 2023, 02:30 WIB
Ilustrasi kejahatan siber /Pixabay/Hnnng

HARIAN BOGOR RAYA - Pengguna layanan digital diajak berperan aktif mencegah kejahatan siber khususnya yang berkaitan dengan data pribadinya sendiri.

"Kita perlu membangun pola kebiasaan yang baik dalam menjaga kerahasiaan dan keamanan data-data pribadi," ujar Managing Director VIDA, Adrian Anwar, dilansir dari Antara.

Berikut beberapa kiat dari VIDA agar pengguna layanan digital lebih waspada dalam menjaga data pribadinya:

Baca Juga: Simak, Tujuan Instagram Tingkatkan Halaman Wawasan Reels

Tidak membagikan identitas fisik maupun online, termasuk OTP

Masyarakat perlu menjaga baik keamanan identitas pribadi baik itu KTP, Paspor, dan data-data pribadi lainnya.

Tak hanya itu, di era online ini baik username, password, maupun kode OTP (one time password) sebaiknya tidak dituliskan sembarangan dan tidak memanfaatkan fitur copy-paste.

Hal ini dikarenakan peretas dapat memperoleh akses ke clipboard perangkat yang kode-kodenya tidak terenkripsi sama sekali sehingga dapat melakukan verifikasi dan otentikasi transaksi yang tidak diinginkan oleh pengguna.

Baca Juga: Fitur Tambahan WhatsApp, Tambah Tiga Lapisan Privasi Keamanan

Berhati-hati pada saat mengklik tautan di pesan singkat

Pelaku penipuan akhir-akhir ini kerap mengirim link-link (tautan) berisi formulir pendaftaran yang menangkap data-data pribadi pengguna dengan mengatasnamakan institusi-institusi resmi.

Oleh karena itu, konsumen harus memastikan terlebih dahulu bahwa akun yang mengirimkan pesan-pesan tersebut merupakan akun resmi dari institusi terkait.

Karena biasanya layanan dari instansi atau pihak resmi tidak akan meminta pengguna untuk memberikan informasi sensitif melalui moda yang tidak terproteksi seperti sekadar melalui pesan singkat dan form isian.

Baca Juga: Deretan Negara di Dunia Akan Atur Alat Kecerdasan Buatan

Hindari menggunakan jaringan WiFi publik yang tidak terenkripsi

Ketika menggunakan Wi-Fi publik, risiko menjadi korban kejahatan siber “Man in the Middle Attack” atau MitM sebagai interceptor antara pengguna dengan penyedia layanan digital semakin tinggi.

Modus MitM adalah mencuri informasi pribadi pada jaringan yang tidak terenkripsi, dan menargetkan pengguna aplikasi keuangan, e-commerce, maupun situs layanan lainnya.

Maka dari itu, sangat disarankan untuk menunda melakukan transaksi hingga memiliki akses jaringan yang lebih aman seperti mobile data ataupun Wi-Fi pribadi.

Baca Juga: Pengguna WhatsApp Nantikan Kabar Tampilan Baru dan iOS dan Android

Hindari melakukan transaksi pada platform e-commerce yang mencurigakan

Seringkali konsumen tergiur dengan godaan diskon yang besar namun berujung pada kualitas barang yang dikompromi hingga pencurian data-data pribadi penting.

Pelaku penipuan dapat membuat web dan aplikasi yang benar-benar mirip dengan e-commerce yang resmi untuk memperoleh data pribadi korbannya (sniffing) dengan meminta pengguna memasukkan identitas pribadi serta detail pembayaran seperti nomor dan CVV kartu kredit.

Untuk itu, konsumen harus jeli dalam melihat kredibilitas platform untuk memastikan bahwa platform e-commerce yang digunakan terdaftar diawasi institusi pemerintah.

Baca Juga: Google Sempat Goda Pengguna Android Kembangkan Pelacakan Ponsel Mati

Gunakan layanan digital yang memiliki fitur otentikasi dua langkah

Modus kejahatan pencurian identitas seperti phishing menjadi semakin sulit untuk dibedakan dari otoritas yang sebenarnya.

Untuk itu, sistem otentikasi dua langkah hadir memberikan lapisan tambahan jika seandainya username dan password pengguna sudah bocor.

Lapisan tambahan ini juga dapat hadir dalam rupa otentikasi biometrik yang tentunya lebih aman.

Baca Juga: Perusahaan Garante Blak-blakan Soal Chat GPT, Ada Larangan Pakai ChatGPT di Italia

Baik itu biometrik sidik jari maupun wajah, pengguna tidak perlu lagi khawatir akan kehilangan akses untuk langkah ini dikarenakan semuanya melekat pada pengguna yang bersangkutan.

Layanan identitas digital dengan sistem keamanan yang komprehensif, tersertifikasi, serta terenkripsi diperlukan agar masyarakat dapat melakukan transaksi keuangan dengan tenang, walaupun di tengah trafik yang tinggi.

Perlu diketahui, menjelang perayaan Lebaran di 2023, semakin banyak masyarakat yang melakukan transaksi menggunakan uang Tunjangan Hari Raya (THR) baik untuk membeli keperluan hingga berzakat.

Baca Juga: Marak Sepeda Listrik Banjiri Wilayah Bogor, Teknologi Manfaat atau Ancaman?

Tak sedikit dari kegiatan tersebut dilakukan secara daring berkat kemudahan teknologi dan digitalisasi.

Di tengah peningkatan transaksi daring tersebut, ada saja celah keamanan yang digunakan penjahat siber untuk beraksi curang dan merugikan masyarakat.

Mulai dari Pencurian identitas (identity theft) seperti pencurian password, OTP, dan upaya social engineering lainnya semakin marak dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk meraup keuntungan.

Baca Juga: Deretan Tawaran Aplikasi Sistem Infotainment Masa Depan Melalui Ponsel Pengemudi

Terbaru ada juga kasus penipuan QRIS di masjid-masjid yang tentunya meresahkan masyarakat.***

Editor: Maryam Purwoningrum

Tags

Terkini

Terpopuler