HARIAN BOGOR RAYA - Peningkatan suhu udara ditanah air, dapat mempengaruhi produktivitas tanaman pangan/sektor pertanian di Indonesia. Hal itu disampaikan oleh Yudhistira Nugraha, Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional).
Menurutnya, bahwa peningkatan suhu udara berdampak pada banyaknya aur yang hilang sehingga membuat tanaman lebih banyak membutuhkan air.
Yudhistira mengungkapkan, bahwa hasil panen juga dapat menurun jika suhu pada malam hari mengalami peningkatan, sehingga akan ada kompensasi hasil fotosintesis yang akan dibuang melalui transpirasi.
Padi merupakan salah satu tanaman yang fase paling sensitif terhadap suhu tinggi lebih dari 35 derajat Celcius. Dimana itu terjadi saat primodial pembungaan. Dimana Suhu tinggi dapat menyebabkan keguguran polen atau serbuk sari, sehingga tanaman menjadi hampa.
Yudhistira menyampaikan bahwa bentuk mitigasi yang dapat dilakukan petani adalah menanam varietas yang tahan terhadap suhu tinggi. Dimana saat ini belum banyak dilakukan pemuliaan padi yang toleran suhu tinggi, Akan tetapi ada beberapa varietas yang sudah dilepas dari program penelitian cekaman suhu tinggi, yaitu Inpari Digdaya (tetuanya varietas dular yang tahan suhu tinggi).
Baca Juga: Tersangka Kasus Mayat dalam Koper ada Dua Orang
Yudhistira mengatakan, bahwa di Indonesia untuk saat ini tidak ada cekaman suhu tinggi, tidak seperti di negara-negara tropis yang lebih dari 11 derajat lintang utara, oleh karna itu menurutnya belum terbukti adaptasinya.
Sebelumnya diinformasikan bahwa saat ini ada beberapa negara dikawasan asia yang mengalami gelombang panas atau heatwave, yakni Filipina, Thailand, India, hingga Bangladesh. Fenomena gelombang panas merupakan siklus rutin yang terjadi setiap tahun saat matahari bergerak ke belahan bumi. Radiasi matahari menyebabkan pemanasan di permukaan bumi, sehingga menimbulkan gelombang panas di wilayah daratan.
Namun demikian, meski peningkatan suhu udara terjadi di sejumlah negara Asia dan menyebabkan kerusakan terhadap lahan-lahan pertanian, belum ada laporan dampak fenomena itu ke Indonesia. Menurutnya ada kemungkinan dikarnakan Indonesia agak lebih ke selatan garis ekuator maka efek panas berkurangl.***