Network
HARIAN BOGOR RAYA - Asia Selatan merupakan wilayah dengan dampak polusi paling parah secara global. Bangladesh, India, Nepal, dan Pakistan memasuki urutan empat negara paling tercemar. Rata-rata partikel halus tahunan berdasarkan populasi yang terdeteksi oleh satelit dan didefinisikan sebagai particulate matter (PM) 2.5.
Penduduk Bangladesh menghadapi polusi udara tingkat PM 2.5 rata-rata 74 mikrogram per meter kubik. Dan ibu kota India, Delhi menjadi kota besar paling tercemar di dunia dengan rata-rata polusi partikulat tahunan sebesar 126,5 mikrogram per meter kubik.
Kemudian, China ada kemajuan soal perang melawan polusi udara dimulai pada tahun 2014, kata Direktur EPIC Christa Hasenkopf.
Baca Juga: Dokter Ungkap Fakta Polusi Udara di Jakarta dan Kenaikan Kejadian Infeksi ISPA
Dan polusi udara di China turun 42,3 persen antara tahun 2013 dan 2021. Apabila perbaikan terus berlanjut, rata-rata warga China akan dapat hidup 2,2 tahun lebih lama.
Sementara, di Amerika Serikat, upaya regulasi untuk mengurangi emisi seperti Clean Air Act membantu mengurangi polusi sebesar 64,9 persen sejak tahun 1970 sehingga membantu warga Amerika memperoleh harapan hidup 1,4 tahun.
Dengan meningkatnya ancaman kebakaran hutan, terkait dengan suhu yang lebih panas dan kondisi yang lebih kering akibat perubahan iklim menyebabkan lonjakan polusi dari Amerika Serikat bagian barat hingga Amerika Latin dan Asia Tenggara.
Baca Juga: Polusi Udara, Akademisi Undip Sorot Kendaraan Pribadi dan Transportasi Umum
Kisah perbaikan polusi udara di Amerika Utara dalam beberapa dekade terakhir serupa dengan Eropa, namun, masih terdapat perbedaan mencolok antara Eropa barat dan timur, dengan Bosnia sebagai negara paling berpolusi di benua itu.
