Hal Penting Soal Risiko Alzheimer dan Tidur Nyenyak Slow Wave

3 November 2023, 16:44 WIB
Ilustrasi tidur /Pixabay/

HARIAN BOGOR RAYA - Ada kondisi yang berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit Alzheimer sebesar 32 persen. Penurunan frekuensi tidur nyenyak dalam tahap slow wave sleep terkait peningkatan risiko demensia sebanyak 27 persen. Demikian hasil studi yang dipublikasikan dalam JAMA Neurology.

Tim peneliti menemukan, kemampuan individu untuk tidur hingga ke tahap slow wave sleep mengalami penurunan setelah memasuki usia 60 tahun. Penurunan ini mencapai puncaknya saat usia 75-80 tahun. Lalu, penurunan terjadi dengan kecepatan lebih lamban.

Kualitas tidur tidak nyenyak pada malam hari bisa memberikan perasaan kurang segar saat bangun. Dan dalam jangka panjang, kondisi itu meningkatkan resiko demensia di hari tua.

Baca Juga: Saran Penting Ahli Agar Publik Prioritaskan Tidur Dengan Jadwal Ulang

"Kita menemukan bahwa proses penuaan berkaitan dengan penurunan frekuensi terjadinya tidur di tahap terdalam, yang dikenal sebagai slow wave sleep (tidur gelombang lambat)," ungkap peneliti senior Matthew P Pase seperti dilansir WebMD, melalui PMJ News.

Tim peneliti pun menemukan, orang-orang yang jarang tidur hingga ke tahap slow wave sleep berisiko lebih besar terhadap demensia. Risiko mereka terhadap demensia bisa meningkat secara signifikan dalam waktu 17 tahun setelahnya.

Sementara, studi yang dipublikasikan dalam JAMA Neurology ini melibatkan 346 orang partisipan dengan rerata usia 69 tahun. Tidur para partisipan sempat dipantau selama dua malam pada awal 1990-an.

Baca Juga: Langkah Bersihkan Tempat Tidur Tanpa Kerahkan Banyak Tenaga

Setelah 17 tahun, para partisipan menjalani pemantauan tidur yang sama. Namun kali ini, sebanyak 52 partisipan sudah terdiagnosis dengan demensia.

Dokter dari Institute for Neurodegenerative Disease yang tidak terlibat dalam studi, Richard Isaacson MD menyebut studi ini menyoroti bahwa kualitas tidur bisa memengaruhi penurunan fungsi kognitif dan kemunculan demensia.

Berdasarkan temuan ini, Isaacson menganjurkan agar orang-orang tidak hanya terpaku pada durasi tidur pada malam hari. Untuk mengoptimalkan kesehatan, orang-orang juga perlu memperhatikan dan menjaga kualitas tidur pada malam hari sebaik mungkin.***

Editor: Maryam Purwoningrum

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler