HARIAN BOGOR RAYA - Salah satu peneliti, Sharon Parten Fowler mencatat, studi mereka tidak membuktikan minuman soda diet membuat jadi autisme pada anak.
Masih soal minuman soda, aspartam adalah pemanis non-gula yang banyak digunakan dalam beberapa minuman diet, es krim, produk susu, sereal sarapan, pasta gigi, dan obat batuk. Asupan aspartam harian yang bisa diterima adalah 50 miligram per kilogram berat badan, menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA).
Melanjutkan soal minuman soda, meski populer sebagai pengganti gula non-kalori, keamanan aspartam menjadi perdebatan selama bertahun-tahun. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberi saran masyarakat untuk menghindari aspartam demi mengendalikan berat badan.
Ini karena mereka menemukan bahwa mengganti gula dengan aspartam mungkin tidak membantu menurunkan berat badan dalam jangka panjang.
Sementara itu, Badan penelitian kanker WHO, IARC (Badan Internasional untuk Penelitian Kanker) menyoroti kemungkin aspartam bersifat karsinogenik bagi manusia.
Apa yang dikonsumsi seorang ibu selama hamil dan menyusui dapat berdampak pada kesehatan anaknya dan sebuah studi baru mengungkapkan hubungan antara konsumsi soda atau minuman dengan pemanis buatan selama kehamilan atau menyusui dengan diagnosis autisme pada anak laki-laki yang dilahirkan.
Dalam studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Nutrients, para peneliti dari Pusat Ilmu Kesehatan di University of Texas Health Science Center di San Antonio seperti disiarkan Medical Daily, Selasa (26/9) waktu setempat, mengevaluasi konsumsi aspartam ibu dan risiko autisme pada anak yang terpapar aspartam di awal kehidupan – di dalam rahim dan selama menyusui.