Penilaian Ikatan Cendekiawan Pariwisata Soal Pariwisata dan Wisatawan

- 5 Januari 2024, 16:30 WIB
Ilustrasi - pariwisata Indonesia
Ilustrasi - pariwisata Indonesia /Pexels/Timur Kozmenko

Wisatawan, kata Azril, mencari keunikan dan kearifan lokal dari tempat-tempat yang dikunjungi. Mereka tidak hanya menginginkan atraksi, namun, juga daya tarik yang memiliki ciri khas yang tidak dapat ditemukan di negara lain serta adanya nilai eksotisme di daerah tersebut.

Sang pakar melihat perilaku wisatawan telah berubah sejak era 1980-an hingga 2000-an, target wisata yang awalnya dihitung dari pariwisata massal, bergeser kepada wisata alternatif. Memasuki era 2020, perilaku berwisata berubah menjadi wisata yang berbasis kualitas dan disesuaikan dengan minat.

Baca Juga: Wali Kota Tangsel Siapkan Dua Rumah Sakit Untuk Bantu Perawatan Korban Kecelakaan Bis Pariwisata di Guci

Azril juga melihat wisatawan saat ini mendambakan kegiatan perjalanan yang sesuai dengan minat, seperti green and blue healing yang berkaitan dengan alam. Melihat tren tersebut, daerah dengan keanekaragaman alam harus menggali potensi mereka supaya bisa menjadi daya tarik untuk wisatawan, seperti melihat kawanan lumba-lumba di Sabang, atau pengalaman berinteraksi dengan hiu paus di Gorontalo.​​​​​

World Travel Tourism Council (WTTC) juga mengatakan bahwa, target nilai pariwisata daerah bukan lagi dihitung dari jumlah wisatawan, namun, seberapa besar kontribusi sektor pariwisata terhadap pendapatan negara. Kontribusi bisa dilihat dari periode wisatawan menginap dan berapa banyak uang yang dikeluarkan untuk berbelanja di tempat wisata.***

Halaman:

Editor: Maryam Purwoningrum

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah