Dampak Penting dari Pola Makan Tidak Teratur dan Pembatasan Asupan Makanan

- 11 Januari 2024, 13:48 WIB
Ilustrasi asupan makanan untuk mengeluarkan racun dari dalam tubuh
Ilustrasi asupan makanan untuk mengeluarkan racun dari dalam tubuh /askthescientists.com

HARIAN BOGOR RAYA - Pola makan yang tidak teratur dan mengikuti pola makan (asupan makanan, red)  yang terlalu ketat memiliki dampak buruk pada pencernaan dan kesehatan usus.

Pembatasan asupan makanan bisa membuat disbiosis usus dimana dasarnya membuat beberapa bakteri baik usus Anda kelaparan. Termasuk juga menurunkan keragaman mikroba sehat yang hidup di usus secara keseluruhan.

Demikian dikatakan dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nutrition Issues in Gastroenterology pada tahun 2022, soal asupan makanan.

Baca Juga: Saran Bagi Orang Indonesia Soal Konsumsi Makanan dan Suplemen Dengan Vitamin D

Kemudian, membatasi asupan makanan secara berlebihan membuat lebih lambat motilitas usus. Maka sari itu makanan membutuhkan waktu lebih lama agar bergerak melalui saluran pencernaan. Demikian diuraikan dalam penelitian tersebut.

Dilansir dari laman Well and Good melalui Antara, ahli gizi sekaligus pakar diet terdaftar yang berbasis di Kota New York Rachel Dyckman mendukung pencernaan secara proaktif dengan menerapkan gaya hidup dan praktik diet tertentu. Itu bisa membantu menghilangkan stres saat makan dan membuat tubuh merasa dan berfungsi dalam kondisi terbaiknya.

Cara pertama adalah hilangkan stress saat makan. Makan sambil bepergian (artinya saat terburu-buru atau terganggu) kadang-kadang diperlukan, namun melakukannya setiap hari dapat merusak pencernaan Anda, terutama jika dilakukan secara konsisten dalam waktu lama.

Baca Juga: Pentingnya Ketahui Asupan Makanan Bergizi Seimbang Bagi Ibu Menyusui Demi Perlancar Produksi ASI

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Integrative Medicine pada tahun 2019 menjelaskan bahwa makan saat kita sedang stres mengaktifkan sistem saraf simpatik, yang juga dikenal sebagai mode “fight-or-flight”. Hal ini menyebabkan darah dialihkan ke lengan dan kaki kita dan menjauh dari organ pencernaan kita, yang pada akhirnya mengganggu pencernaan.

Kadar hormon stres yang tinggi ini membuat kita lebih mungkin mengalami sakit perut dan peningkatan peradangan di tubuh.

 Meskipun lebih mudah diucapkan daripada dilakukan, untuk mendorong tubuh Anda memasuki mode “istirahat dan pencernaan” parasimpatis, cobalah makan di lingkungan yang tenang dan jauh dari gangguan termasuk gawai dan TV.

Baca Juga: Deretan Makanan Diyakini Punya Manfaat Tingkatkan Kesehatan Anda Pada Tahun 2024

Cara lainnya adalah cobalah perhatikan aroma, rasa, dan tekstur makanan Anda saat makan. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Advances in Nutrition pada tahun 2020, aspek sensorik makanan (seperti rasa, aroma, dan tekstur) membantu fase pertama pencernaan, yang disebut fase cephalic.

Ketika kita memberikan perhatian khusus untuk menggunakan semua indra kita saat makan, pelepasan enzim pencernaan, empedu, dan cairan lambung dirangsang untuk membantu memecah makanan dengan baik.

Selain itu, berlatihlah menyesuaikan isyarat rasa lapar dan kenyang pada tubuh Anda. Mengabaikan isyarat tubuh seputar kapan dan berapa banyak makan dapat menyebabkan pola makan tidak teratur, namun saluran pencernaan kita bekerja paling baik ketika kita mendengarkan tubuh kita dan makan secara teratur sepanjang hari.

Baca Juga: Deretan Tips Sehat Kala Anda Santap Makanan Enak Saat Momen Natal

Terlalu lama tidak makan dapat menyebabkan gula darah rendah, sehingga membuat kita cenderung makan melebihi rasa kenyang pada waktu makan berikutnya.

Memeriksa isyarat rasa lapar dan kenyang yang Anda alami sepanjang hari dan selama makan membantu memandu Anda sehingga Anda tahu kapan harus mulai dan berhenti makan, menghindari efek negatif dari kurang makan, serta merasa kenyang dan tidak nyaman.

Perlu diketahui, kesehatan pencernaan kerap dianggap remeh. Tetapi, stres kronis, pola makan tidak teratur, dan pembatasan berlebihan pun bisa menyebabkan gejala gastrointestinal (GI) yang tidak menyenangkan dan mengganggu nutrisi Anda.***

Editor: Maryam Purwoningrum

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah