Studi Ungkap Antara Diet Nabati dan Sleep Apnea

- 23 Februari 2024, 15:57 WIB
Ilustrasi - Diet. ANTARA/Shutterstock
Ilustrasi - Diet. ANTARA/Shutterstock /

HARIAN BOGOR RAYA - Diet kaya akan makanan hewani (diet nabati, red) dimana melibatkan asupan lemak hewani tinggi, produk susu, telur, ikan atau makanan laut, dan daging, serta diet nabati yang tidak sehat. Hal itu ditandai dengan konsumsi biji-bijian olahan, kentang, minuman yang diberi gula, makanan manis, kue-kue, dan makanan asin.

Para partisipan diet nabati pun ditanyai apakah mereka mengalami obstructive sleep apnea.

"Orang-orang dengan diet yang paling tinggi kandungan makanan nabati cenderung memiliki risiko 19 persen lebih rendah untuk menderita OSA, dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi jumlah makanan nabati yang paling rendah. Mereka yang mengonsumsi diet yang sebagian besar vegetarian juga memiliki risiko yang lebih rendah. Namun, orang-orang yang mengonsumsi diet tinggi makanan nabati yang tidak sehat memiliki risiko 22 persen lebih tinggi, dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi jumlah makanan tersebut yang rendah," tulis para peneliti.

Baca Juga: Ahli Diet Ungkap Manfaat Makan Brokoli dalam Keseharian

Para peneliti mengamati adanya hubungan antara diet nabati dan risiko sleep apnea lebih menonjol pada pria, sementara diet nabati yang tidak sehat memiliki dampak yang lebih signifikan pada risiko wanita.

"Hasil ini menyoroti pentingnya kualitas diet kita dalam mengelola risiko OSA. Penting untuk dicatat perbedaan-perbedaan jenis kelamin ini karena mereka menekankan perlunya intervensi diet yang dipersonalisasi bagi orang-orang dengan OSA," kata Melaku.

Meskipun studi ini tidak meneliti mekanisme di mana diet memengaruhi risiko sleep apnea, para peneliti percaya bahwa antioksidan dalam diet nabati dan sifat anti-inflamasi mungkin menjadi faktor yang membantu dalam mengurangi peradangan dan obesitas, faktor risiko sleep apnea.

Baca Juga: Alasan Kopi Jadi Tambahan Bagus Buat Diet Kelola Berat Badan

Penurunan berat badan dan olahraga seringkali disarankan sebagai pendekatan umum untuk mengobati sleep apnea atau gangguan tidur yang berpotensi serius yang menunjukkan gejala seperti mendengkur keras.

Halaman:

Editor: Maryam Purwoningrum

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x