Sementara, Direktur Keberlanjutan untuk maskapai penerbangan murah Irlandia Ryanair Thomas Fowler mengatakan kepada Reuters awal tahun ini, bahwa hanya sedikit yang bersedia membayar beberapa euro yang diperlukan untuk ikut serta dalam program penggantian kerugian karbon.
"Kurang dari 3 persen pelanggan kami yang menggunakannya," katanya.
Maskapai andalan Jerman, Lufthansa, pada Februari juga mulai menawarkan "tarif hijau" yang lebih mahal pada beberapa penerbangan, untuk mengimbangi beban terhadap iklim sebesar 20 persen melalui penggunaan bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF), dan 80 persen melalui pembiayaan proyek perlindungan iklim.
Baca Juga: Dugaan Sebab Kecelakaan Pemotor dan Bus Pariwisata di Sukabumi Versi Polisi
Tarif hijau itu terintegrasi ke dalam harga, tidak seperti biaya opt-in Lufthansa yang ada, tetapi menurut perusahaan, respons penumpang sangat rendah yakni 0,1 persen. Uji coba untuk penawaran terintegrasi baru di Skandinavia menunjukkan tingkat penyerapan yang juga rendah tapi setidaknya lebih baik yakni sebesar 2 persen.
Menurut Charuta Fadnis, generasi muda lebih berkomitmen pada keberlanjutan, tetapi tanpa keinginan untuk membayar lebih, sehingga bisnis harus menjadi lebih kreatif.
Beberapa operator perjalanan bersikeras bahwa pariwisata ramah iklim tidak perlu merugikan dunia dan terkadang bahkan bisa menjadi pilihan yang lebih murah.***