Perang Israel dan Palestina, Pejabat AS Ungkap Harapan Soal Rafah

- 17 Oktober 2023, 11:29 WIB
Ilustrasi konflik Israel-Palestina menelan banyak korban jiwa.
Ilustrasi konflik Israel-Palestina menelan banyak korban jiwa. /Reuters/Raneen Sawafta/

HARIAN BOGOR RAYA - Para pejabat AS punya harapan agar Rafah akan melakukan operasi sepanjang beberapa jam pada Senin malam, kata juru bicara Gedung Putih John Kirby. Ia pun menambahkan, harapan sebelumnya buka penyeberangan telah pupus.

Perang Israel dan Palestina yang sedang berlangsung membuat pengiriman bantuan melalui Rafah sangat sulit, kata juru bicara PBB Stephane Dujarric kepada wartawan.

"Perlu ada mekanisme mengingat hal ini melibatkan banyak pihak, beberapa di antaranya dapat dikatakan tidak saling berbicara. Kami sedang mengupayakannya dengan mitra-mitra utama," katanya kepada wartawan di New York, dilansir dari Antara.

Baca Juga: Deretan Rekomendasi Film Dengan Tema Keberanian dan Perjuangan Masyarakat Palestina

Sementara, stasiun radio yang berafiliasi dengan Hamas, Aqsa, menyebut, penembakan Israel kembali menghantam daerah penyeberangan Rafah pada Senin.

Kemudian, Mesir pada Senin, 16 Oktober 2023 menyebut, Israel tidak bekerja sama dalam hal pengiriman bantuan ke Gaza dan evakuasi pemegang paspor asing melalui satu-satunya pintu masuk yang tidak sepenuhnya mereka kendalikan. Kemudian menyebabkan ratusan ton pasokan tertahan.

Kairo menyebabkan penyeberangan Rafah yang berpotensi menjadi pintu masuk penting bagi pasokan yang sangat dibutuhkan ke daerah kantong Palestina yang dikepung Israel, tidak ditutup secara resmi. Namun, tidak dapat dioperasikan karena serangan udara Israel di sisi Gaza.

Baca Juga: Pakar Ungkap Berbagai Upaya Pemerintah Indonesia Bagi Palestina

Ketika pemboman dan pengepungan Israel terhadap Gaza semakin intensif, sebanyak 2,3 juta penduduk di wilayah tersebut telah kehilangan aliran listrik, sehingga kondisi layanan kesehatan dan air berada di ambang kehancuran, dan bahan bakar untuk generator rumah sakit semakin menipis.

"Ada kebutuhan mendesak untuk meringankan penderitaan warga sipil Palestina di Gaza," kata Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry kepada wartawan, seraya menambahkan bahwa pembicaraan dengan Israel tidak membuahkan hasil.

"Sampai saat ini pemerintah Israel belum mengambil sikap untuk membuka penyeberangan Rafah dari sisi Gaza untuk memungkinkan masuknya bantuan dan keluarnya warga negara dari negara pihak ketiga," lanjutnya.

 Baca Juga: Kenapa Israel dan Palestina Berperang? Begini Sejarahnya

Sedangkan sisi perbatasan Mesir tampak sepi pada Senin sore, dengan pasokan bantuan terlihat ditimbun di kota terdekat, Al Arish.

Warga Gaza telah dikepung sejak Israel melancarkan pemboman dan blokade paling intens menyusul serangan lintas batas yang meluluhlantakkan oleh militan Hamas pada 7 Oktober.

Ratusan ribu warga Palestina telah mengungsi di Gaza, beberapa di antaranya membawa mobil dan koper ke selatan menuju penyeberangan Rafah, tetapi yang lain kembali ke utara setelah gagal mendapatkan perlindungan.

Baca Juga: Ribuan Nyawa di Palestina Melayang, Akibat Peperangan Israel dan Hamas

"Dalam perjalanan kami menuju perbatasan, mereka menembaki Jalan Rafah dan kami mulai berteriak. Tidak ada tempat yang aman di Gaza," kata seorang warga di dekat tempat penyeberangan lintas batas, Hadeel Abu Dahoud.

Seperti negara-negara lain, Mesir telah menentang eksodus massal penduduk Gaza, yang mencerminkan ketakutan mendalam Arab bahwa perang terbaru ini dapat memicu gelombang baru pengungsian permanen warga Palestina dari tanah tempat tinggal mereka yang sedang diupayakan untuk membangun sebuah negara.

Kejadian tersebut telah menyerukan pertemuan puncak mengenai krisis ini, yang menurut media Mesir Al Qahera News diperkirakan akan diadakan pada Sabtu di kota Sharm el-Sheikh di Laut Merah.

Baca Juga: Meta Tegaskan Dukungan Terkait Kondisi Pembersihan Etnis Warga Sipil di Gaza Palestina

Pada Senin, Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi menerima telepon dari Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membahas eskalasi di Gaza, kata kantor kepresidenan Mesir.

Shoukry mengatakan Mesir bertujuan untuk memulihkan akses reguler melalui Rafah, termasuk bagi warga Palestina yang mencari perawatan medis atau perjalanan normal.

Pada Senin pagi, sumber keamanan Mesir mengatakan gencatan senjata sementara di Gaza selatan telah disepakati untuk memfasilitasi bantuan dan evakuasi di Rafah, tetapi TV pemerintah Mesir kemudian mengutip sumber tingkat tinggi yang mengatakan tidak ada gencatan senjata yang disepakati.

Baca Juga: Konflik Israel dan Palestina Sempat Berakhir, Sejarah Awal Konflik Bikin Melek Sejarah

Hamas dan Israel menyatakan belum ada kesepakatan untuk membuka penyeberangan.

Ratusan ton bantuan dari LSM dan beberapa negara menunggu di Al Arish untuk mendapatkan kondisi yang memungkinkan masuk ke Gaza.

"Kami menunggu lampu hijau masuknya bantuan dan puluhan relawan siap kapan saja," kata seorang pejabat Bulan Sabit Merah di Sinai utara.

Baca Juga: Rekam Jejak Fesyen di Palestina, Tetap Berkarya dan Hasilkan Produk Meski Konflik Politik Dengan Israel

Secara terpisah, video Reuters menunjukkan truk bahan bakar berbendera PBB tampak meninggalkan Gaza menuju Mesir melalui penyeberangan Kerem Shalom yang dikuasai Israel.

Pergerakan barang dan orang melalui Rafah telah dikontrol ketat di bawah blokade Gaza yang diberlakukan oleh Israel dan Mesir sejak Hamas menguasai wilayah tersebut pada tahun 2007, dan hanya pelancong terdaftar yang dapat menyeberang.***

Editor: Maryam Purwoningrum

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah