HARIAN BOGOR RAYA - Seorang pekerja migran asal Myanmar berusia 43 tahun, Mong A., di Samut Sakhon, rumah bagi komunitas Myanmar terbesar di Thailand, memberikan gambaran situasi saat ini di negara asalnya sebagai sebuah kekacauan.
Mong A. selaku pekerja migran asal Myanmar, bekerja di Thailand lebih dari 20 tahun. Sebutnya, pemerintah mengirim pasukan ke desa-desa untuk mendaftarkan orang-orang berusia 18 tahun ke atas untuk wajib militer selama minimal dua tahun.
“Orang-orang di pihak berlawanan yang mendukung pemerintahan sipil yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi panik, karena harus wajib militer dan berupaya untuk meninggalkan negara ini,” kata Mong A, pekerja migran asal Myanmar itu.
Baca Juga: BUMN DEFEND ID Bantah Jual Senjata ke Myanmar
Banyak dari warga Myanmar yang mengincar Thailand, di mana diperkirakan jutaan orang telah memasuki negara tersebut, dan bekerja sebagai buruh di berbagai sektor seperti pertanian, perikanan, pabrik, dan lain-lain, tambah Mong A.
Sementara, perintah wajib militer oleh pemerintah junta militer Myanmar telah menyebabkan masuknya generasi muda Myanmar ke Thailand, demikian menurut laporan TNA, Kamis.
Thailand adalah negara yang berbatasan dengan Myanmar sepanjang sekitar 2.400 km.
Undang-undang wajib militer yang diberlakukan oleh Myanmar, bertujuan untuk merekrut sekitar 5.000 orang setiap bulan mulai April, telah memicu gelombang baru masuknya migran secara ilegal ke Thailand di sepanjang perbatasan.
Baca Juga: 14 WNI dari Myanmar Korban TPPO Berhasil Dibawa TNI AU Pulang ke Tanah Air