AS dan Korsel Bikin Kesepakatan, Demi Persamaian dan Stabilitas di Laut China Selatan

- 22 Juni 2024, 11:42 WIB
Antony Blinken menyampaikan sekarang waktunya Swedia untuk bergabung dengan NATO. Pernyataan itu disampaikan di kota Lulea, Swedia utara pada Selasa, 30 Mei 2023/Anadolu.
Antony Blinken menyampaikan sekarang waktunya Swedia untuk bergabung dengan NATO. Pernyataan itu disampaikan di kota Lulea, Swedia utara pada Selasa, 30 Mei 2023/Anadolu. /

HARIAN BOGOR RAYA - Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Mathew Miller menyebut bahwa pihak Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken dan Menteri Luar Negeri Korea Selatan (Korsel) Cho Tae Yul memiliki kesepakatan untuk terus melakukan kerjasama demi mengatasi tantangan keamanan yang kompleks dan terus berkembang dari DPRK. Termasuk untuk mendukung perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken pun mengucapkan rasa terima kasih kepada Menteri Luar Negeri Korea Selatan (Korsel) Cho Tae Yul atas dukungan Korea Selatan atau Korsel yang berkelanjutan untuk Ukraina.

Panggilan telepon dari pihak AS, Antony Blinken dan Korsel, Coe Tae Yul itu dilakukan pasca kunjungan Presiden Rusia Vladimir Putin ke Korea Utara atau Korut pekan ini. Ada komitmen antara pihak Moskow dan Pyongyang demi menyediakan bantuan militer kepada satu sama lain jika salah satu dari mereka diserang.

Baca Juga: Indonesia Resmi Masuk Semifinal Piala Asia U-23 Setelah Singkirkan Korsel

Antony Blinken pun memberikan kecaman atas kerjasama militer yang semakin erat antara Rusia dan Korea Utara (Korut), jelas pihak Departemen Luar Negeri.

Masih terkait panggilan telepon dengan Menteri Luar Negeri Korea Selatan (Korsel) Cho Tae-yul, Blinken menegaskan kembali pentingnya aliansi kuat AS-Korsel dalam mempromosikan perdamaian, keamanan, dan kesejahteraan di seluruh dunia, katanya.

"Menlu mengecam kerja sama militer yang semakin erat antara DPRK (Republik Demokratik Rakyat Korea) dan Rusia, termasuk transfer senjata yang sedang berlangsung yang melanggar berbagai resolusi Dewan Keamanan PBB," lanjutnya.

Baca Juga: Pejabat AS Ungkap Larangan Kapersky di AS

Sementara itu, Kunjungan kenegaraan Presiden Rusia Vladimir Putin ke Korea Utara dan Vietnam "sangat intens dan produktif," kata juru bicara istana kepresidenan Rusia, Kremlin, Dmitry Peskov pada Jumat.

Berbicara pada konferensi pers di Moskow, Peskov menyebut reaksi Barat terhadap kunjungan Putin ke negara-negara Asia "membingungkan," dan mencatat bahwa kemitraan Moskow dengan negara-negara lain tidak pernah ditujukan terhadap negara ketiga.

"Setiap aktivitas kebijakan luar negeri Rusia, bahkan di wilayah yang berbatasan langsung dengan negara kami, dipandang dengan permusuhan dan dilihat melalui kacamata aspirasi Barat untuk menindas Rusia," katanya.

Baca Juga: Pentagon Akui Harus Perhatian Pada Eratnya Kerjasama Rusia dan Korea Utara

Jelas Peskov, tujuan interaksi Rusia dengan mitra-mitranya itu demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang terlibat. Dia mengaku, Moskow memahami kalau Washington akan terus memberikan tekanan pada semua mitranya, termasuk Vietnam.

"Kami yakin Amerika akan menekan semua mitra kami. Namun, kerja sama yang kami tawarkan tidak mengandung sikap konfrontatif terhadap negara ketiga. Ini saling menguntungkan dan sepenuhnya sejalan dengan kepentingan mitra kami, termasuk Vietnam," tegasnya.

Masih kata Peskov, perundingan bilateral di Vietnam bertujuan untuk memberikan dorongan baru bagi pengembangan kerja sama Rusia-Vietnam. "Potensinya sangat besar di berbagai bidang. Negosiasinya bersifat substantif dan spesifik. Sekarang, banyak pekerjaan yang perlu dilakukan di tingkat ahli dan dunia usaha untuk melaksanakan inisiatif ini," tambahnya.

Baca Juga: AS dan China Angkat Suara Soal Uji Coba Rudal Korut

Ketika ditanya tentang pernyataan Putin di Hanoi bahwa Rusia akan "berusaha sampai akhir" jika terjadi eskalasi Barat, Peskov mengklarifikasi bahwa pernyataan tersebut mengacu pada pencapaian tujuan "operasi militer khusus" di Ukraina.

Juru bicara tersebut mengatakan Rusia siap melakukan dialog dengan AS mengenai masalah stabilitas strategis, namun hanya terkait dengan masalah Ukraina. "Kami terbuka untuk berdialog, namun untuk dialog yang luas dan komprehensif yang mencakup semua dimensi, termasuk dimensi terkait konflik di sekitar Ukraina dan keterlibatan Amerika Serikat dalam konflik ini," katanya.

Mengomentari sanksi AS terhadap Kaspesky Lab Rusia, Peskov menyebut sanksi tersebut sebagai "taktik favorit Washington dalam persaingan yang tidak adil". "Mereka selalu menggunakan teknik seperti itu," katanya.

Baca Juga: Korsel Jadi Anggota DK PBB Selama 2 Tahun, Korut Sibuk Dengan Nuklir dan Rudal

Putin mengunjungi Korea Utara dan Vietnam dari Selasa hingga Kamis. Perjalanan ke kawasan Asia-Pasifik didahului dengan perjalanan kerja sehari penuh ke kawasan Yakutia di Rusia.***

 

Sumber: Anadolu

Editor: Maryam Purwoningrum

Sumber: Anadolu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah