Saran Praktisi Pendidikan Soal Kemampuan Numerasi Anak

- 13 Juni 2024, 10:59 WIB
Ilustrasi hubungan emosional anak ddengan orangtua yang baik
Ilustrasi hubungan emosional anak ddengan orangtua yang baik /pexels.com @gustavo/

HARIAN BOGOR RAYA - Soal sisi kemampuan numerasi anak, orangtua dinilai masih diasosiasikan dengan kemampuan matematis kompleks. Meski sebenarnya, numerasi bisa didorong dengan sebuah teknik one to one correspondence. “Jangan hanya mengajarkan simbol angka. Kita harus ajarkan dengan benda konkret. ‘Satu’ itu satu benda, ‘dua’ itu dua benda. Sehingga anak terbiasa, jika angka semakin besar, maka jumlah semakin banyak,” kata Praktisi Pendidikan, Galih Sulistyaningra.

Sembari mempelajari numerasi, orangtua dan guru bisa menopang kemampuan anak melalui keterampilan melihat, mendengar, berbicara, dan menulis. Semua ini dibangun melalui interaksi yang intens dengan guru maupun orangtua di rumah.

Selain orangtua, para guru pun harus lebih kreatif agar anak memiliki ketertarikan untuk membaca. Salah satu caranya dengan memanfaatkan keberadaan Pojok Baca di sekolah. “Kalau mau berkelanjutan, harus memanfaatkan buku fisik dan digital yang lebih banyak pilihan, sekarang banyak platform yang menyediakan buku-buku gratis,” katanya.

Baca Juga: Tips Guru Bisa Hadapi Orangtua dan Anak Percaya Diri Saat Hari Pertama Sekolah

Misalnya, Kemendikbudristek menyediakan berbagai buku digital di platform Sistem Informasi Perbukuan Indonesia (SIBI) yang bisa diakses gratis oleh murid maupun guru

Ia pun membagikan lagi kiat bagi para guru dan orang tua untuk membangun kemampuan literasi dan numerasi anak di Indonesia. “Literasi dan numerasi tidak hanya menjadi tanggung jawab guru Bahasa Indonesia dan Matematika, tapi semua guru, termasuk orang tua dan pemangku kebijakan,” kata wanita yang meraih gelar Master di bidang Educational Planning dari University College London (UCL) itu, dilansir dari Antara.

Berdasarkan Hasil Asesmen Nasional 2023, katanya, sebesar 39 persen siswa SD/sederajat belum memiliki kemampuan minimum dalam literasi. Lalu, 54 persen lainnya belum memiliki kemampuan minimum dalam numerasi. Sayangnya, kondisi itu ada karena kemampuan literasi dan numerasi jauh lebih luas dari sekadar baca, tulis, dan hitung (calistung). Sebab lainnya, melibatkan kemampuan untuk memahami pelajaran. Kedua kemampuan itu bahkan seharusnya menjadi pondasi sebelum anak bisa menghitung. 

Baca Juga: Anjuran Bagi Orangtua dan Guru dalam Hadapi Anak, Termasuk Cara Komunikasi

Dalam hal ini Galih berpendapat bahwa orang tua perlu memupuk sejak dini kemampuan literasi anak-anak melalui kemampuan memahami. 

Halaman:

Editor: Maryam Purwoningrum

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah