Anjuran Bagi Orangtua dan Guru dalam Hadapi Anak, Termasuk Cara Komunikasi

- 7 Juni 2024, 06:25 WIB
Ilustrasi anak anak lari
Ilustrasi anak anak lari /

HARIAN BOGOR RAYA - Anak didik seharusnya difasilitasi saat guru meminta untuk melakukan sesuatu. Guru seharusnya tidak memaksa (push) anak didiknya untuk berbuat sesuatu lebih baik.

Seperti ada anak yang belajar secara lambat di kelas. Kalau guru memaksa anak tersebut belajar lebih cepat, maka suasana kelas bisa menjadi tidak efektif lagi bagi anak didik yang lain, termasuk pengajar pun bisa kurang efektif dalam mengajar.

"Sebaiknya anak (yang lambat belajarnya) diajak mengobrol dulu untuk melihat potensinya itu ada di mana, lalu fasilitasi semua yang dia suka (caranya)," kata Kepala Sekolah Dasar BPK Penabur Pondok Indah, Evert F. Fanggidae.

Baca Juga: Orangtua Wajib Tahu, Sederet Anggapan Kurang Tepat Pada Anak Overweight

Sementara, psikolog anak dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, Fabiola Priscilla memberi anjuran kepada orangtua agar menghindari cara komunikasi, baik yang agresif maupun pasif kepada anak.

"Misalnya ketika orangtua mengeluarkan kalimat "enggak usah pulang-pulang sekalian" kepada anak karena kesal melihat anaknya tidak kunjung pulang ke rumah setelah bermain di luar rumah. Itu merupakan contoh pola komunikasi yang agresif," kata Fabiola, dilansir dari Antara.  

Contohnya, pola komunikasi pasif, yaitu saat orangtua mengomentari nilai ulangan anaknya hanya 70, disindir dengan kalimat "aduh anak tetangga bisa 80 nih, masa kamu tidak bisa dapat 85".

Baca Juga: Beberapa Resep Olahan Telur, Cocok untuk Anak Tinggal di Kos

"Dua-duanya bisa menyakiti anak, makanya tidak dianjurkan. Kami menganjurkan penerapan pola komunikasi asertif, yaitu sampaikan apa yang diharapkan orang tua kepada anak, dan ajarkan juga cara melakukannya," kata Fabiola.

Halaman:

Editor: Maryam Purwoningrum

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah