Ahli IPB Ungkap Perlunya Perubahan Perilaku dan Sosial Masyarakat Indonesia Soal Gula

9 Maret 2023, 19:23 WIB
Ilustrasi makanan mengandung gula dan karbohidrat. /Pixabay/stevepb

HARIAN BOGOR RAYA - Perlu ada perubahan perilaku dan sosial soal konsumsi gula di masyarakat, khususnya saat berkumpul bersama keluarga ataupun teman, selain kebijakan publik.

Makanan ataupun yang disajikan saat berkumpul, sebaiknya bukanlah siap saji. Lebih direkomendasikan menyantap buah-buahan saat berkumpul bersama orang terdekat. Maka, gula yang dikonsumsi lebih alami karena didapatkan dari buah-buahan.

"Ketiga, tentu, pencegahan yang paling efektif itu datang dari kita sendiri. Jadi kalau kita ingin sehat, mulai dari sekarang kurangi (gula, garam, dan lemak)," beber pakar perilaku konsumen dari Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc. 

Baca Juga: HISOBI Ungkap Penerapan Batas Lingkar Pinggang di Indonesia dan Lingkar Pinggang Standar WHO

Ujang juga mengatakan bahwa kebijakan publik yang kuat memiliki posisi yang sangat penting dalam upaya pengendalian konsumsi gula berlebih pada masyarakat.

"Yang sangat penting itu sebenarnya kebijakan publik. Kebijakan publik yang membatasi penggunaan gula di dalam berbagai industri pangan. Nah, ini yang menurut saya sangat efektif," kata Ujang dalam diskusi media di Jakarta, Rabu.

Dia mencontohkan bagaimana Inggris yang telah memiliki peraturan tentang pajak gula sehingga industri makanan dan minuman mengurangi penggunaan gula di dalam produknya. Sementara di Indonesia, kebijakan serupa masih belum diluncurkan walaupun Kementerian Kesehatan telah mengusulkan cukai minuman berpemanis kepada Kementerian Keuangan.

Baca Juga: Deretan Zat Gizi Harus Dipenuhi Ibu Hamil, Apa Ibu Hamil Juga Harus Olahraga?

"Ini sangat penting juga dari sisi makro. Tapi perlawanannya akan sangat tinggi dari industri kalau kena pajak. Sekarang kan sudah banyak pajak. Ini tambah pajak lagi. Tapi itu salah satu, belum tentu tepat untuk konteks kita. Tapi public policy yang sangat kuat," kata Ujang.

Menurut hasil Survei Sosial Ekonomi dan Nasional (Susenas) dari BPS pada 2022, rata-rata konsumsi kalori per kapita sehari terbanyak berasal dari padi-padian sebesar 841,27 kkal dan makanan atau minuman jadi sebesar 429,65 kkal.

Dua sumber pangan tersebut mengandung gula yang cukup tinggi, terutama pada makanan atau minuman jadi, yang sering disebut sebagai penyebab penyakit diabetes. Hal ini bisa diperburuk dari gaya hidup masyarakat yang kurang aktivitas gerak.

Baca Juga: Tanda-tanda Penuaan Akibat Tidak Cukup Terhidrasi Atau Kurang Minum Air Putih

"Orang Indonesia masih mengandalkan bahan-bahan karbohidrat sebagai sumber energi. Tentu ini bukan buruk karena nanti apakah dia akan berpengaruh terhadap suatu penyakit, tergantung dari apakah seimbang atau tidak," kata Ujang, dilansir dari Antara.***

Editor: Maryam Purwoningrum

Tags

Terkini

Terpopuler