Peningkatan Wabah Pneumonia di China, ini Kata Budi Gunadi Sadikin

1 Desember 2023, 01:31 WIB
Ilustrasi Pneumonia. /Universitas Airlangga/

HARIAN BOGOR RAYA - Baru-baru ini beredar berita merebaknya wabah penyakit Pneumonia di China. Bahkan dalam sebuah video yang beredar di sosial media menggambarkan salah satu rumah sakit anak ramai dipenuhi oleh pasien anak yang menderita pneumonia.

Mengenai lonjakan kasus tersebut di China, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin angkat bicara. Ia mengatakan wabah pneumonia yang menyerang banyak anak di China, bukan disebabkan oleh virus atau bakteri baru seperti COVID-19.

Kemudian Budi melanjutkan, bahwa berdasarkan edaran yang dirilis Kemenkes RI dan penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lonjakan kasus pneumonia di China baru-baru ini disebabkan oleh virus atau bakteri lama.

“Kenapa ini bisa terjadi, karena di China kondisi masyarakat dan lingkungannya membuat patogen-patogen itu hidup kembali. Jadi bukan sesuatu yang baru seperti COVID atau Ebola,” ujar Budi, dikutip Harian Bogor Raya dari ANTARA.

Baca Juga: Tanggapi Kasus Pembobolan Data Pemilih Pemilu 2024, TPN Ganjar-Mahfud Minta Polri Usut Tuntas Dalang Tersebut

Dan menurutnya lagi, WHO telah meminta seluruh negara memperketat upaya pencegahan dan memastikan agar lonjakan penyakit seperti pneumonia ditangani dengan baik.

“Karena ini (pneumonia) yang sudah ada, obatnya juga sudah ada. Cara deteksinya juga sudah ada,” kata Budi.

Menanggapi hal itu, maka Menkes pun mengimbau para orang tua, agar anak-anak mereka tidak mudah tertular penyakit menular seperti pneumonia. Maka perlu dipastikan bahwa anak-anak mereka memiliki daya tahan tubuh yang tinggi.

Baca Juga: Presiden Jokowi Lantik Kepala Staf Angkatan Darat Maruli Simanjuntak

“Saya rasa orang tua pastikan makannya anak-anak cukup untuk menghadapi virus dan bakteri itu kan yang penting daya tahan tubuhnya baik,” ucapnya.

Saat ini di China terdapat 205 klaster influenza dalam seminggu yang dimulai pada 13 November, menurut who Hal itu dilaporkan oleh Komisi Kesehatan Nasional China pada 13 November 2023.

Jumlah itu tentunya lebih meningkat dibandingkan pada minggu sebelumnya yaitu sebanyak 127 klaster.

Baca Juga: Pengamat Politik UI: Damai itu bisa Dicapai kalau Aparatur Negara Netral

Gejala Pneumonia 

Gejala Pneumonia yang dirasakan oleh pasien yaitu demam, kelelahan dan batuk. Namun demikian sampai hari ini belum ada laporan kematian akibat dari penyakit tersebut.

Komisi Kesehatan Nasional China mengaitkan peningkatan infeksi penyakit pernapasan dengan peredaran patogen yang diketahui, terutama influenza, serta pneumonia mikoplasma, virus pernapasan syncytial, rhinovirus, adenovirus, serta COVID-19.

Selain itu, Faktor lain yang berkontribusi pada penyebaran virus tersebut adalah datangnya musim dingin, yangmana tahun ini merupakan musim dingin pertama di China sejak negara itu mencabut kebijakan nol COVID, hampir setahun yang lalu.

Baca Juga: Bawaslu Larang Tegas ASN dan TNI-Polri Terlibat Politik Praktis

Lebih lanjut Budi mengatakan wabah pneumonia yang menyerang banyak anak di China, bukan disebabkan oleh virus atau bakteri baru seperti COVID-19.

Dan berdasarkan edaran yang dirilis Kemenkes RI dan penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lonjakan kasus pneumonia di China baru-baru ini disebabkan oleh virus atau bakteri lama.

“Kenapa ini bisa terjadi, karena di China kondisi masyarakat dan lingkungannya membuat patogen-patogen itu hidup kembali. Jadi bukan sesuatu yang baru seperti COVID atau Ebola,” kata Budi ketika ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu.

Baca Juga: Kasatreskrim Polrestabes Bandung Ungkap Kasus Percobaan Bunuh Diri Siswi SMA 3

WHO juga meminta seluruh negara memperketat upaya pencegahan dan memastikan agar lonjakan penyakit seperti pneumonia ditangani dengan baik.

“Karena ini (pneumonia) yang sudah ada, obatnya juga sudah ada. Cara deteksinya juga sudah ada,” katanya.***

Editor: Herawati Nurlia

Tags

Terkini

Terpopuler