Studi Ungkap Hasil Pemeriksaan Frekuensi dan Rasa Vaping Hingga Kolerasinya

- 2 Mei 2024, 10:02 WIB
Ilustrasi Vaping
Ilustrasi Vaping /Muhammad Basir-Cyio/Channelnewsasia.com

HARIAN BOGOR RAYA - Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Tobacco Control, peneliti mengungkap hasil pemeriksaan apakah frekuensi dan rasa vaping berkorelasi dengan tingkat logam beracun yang berpotensi. 

Peneliti memakai data dari Gelombang 5 Studi Anak Muda PATH, menganalisis tanggapan dari 1607 remaja berusia 13 hingga 17 tahun. Studi ini mencakup rasa vaping seperti mentol atau mint, buah, permen seperti cokelat atau makanan penutup, tembakau, cengkeh atau rempah-rempah, dan minuman beralkohol atau non-alkohol.

Masih terkait vaping, di antara peserta, 200 remaja termasuk dalam analisis akhir sebagai vaper eksklusif. Sampel urin mereka diuji untuk keberadaan kadmium, timbal, dan uranium. Berdasarkan frekuensi vaping mereka, mereka dikategorikan sebagai vapers sesekali (1–5 hari/bulan), vapers intermiten (6–19 hari), dan vapers sering (20+ hari).

Baca Juga: Peneliti Ungkap Hasil Penelitian Sesuai Kebiasaan Rasulullah SAW

Ada 65 pengguna sesekali, 45 intermiten, dan 81 pengguna sering, dan informasi tentang frekuensi vaping hilang untuk 9 orang. Mengenai rasa, 33 persen dari vapers mengatakan mereka menggunakan rasa mentol/mint, sementara 50 persen lebih memilih rasa buah, sedikit lebih dari 15 persen memilih rasa manis, dan 2 persen menggunakan rasa lain.

"Analisis sampel urin menunjukkan bahwa tingkat timbal 40 persen lebih tinggi di antara vapers intermiten, dan 30 persen lebih tinggi di antara vapers sering daripada di antara vapers sesekali. Tingkat uranium urin juga dua kali lebih tinggi di antara vapers sering daripada di antara vapers sesekali. Perbandingan jenis rasa menunjukkan tingkat uranium 90 persen lebih tinggi di antara vapers yang lebih memilih rasa manis daripada di antara mereka yang memilih mentol/mint," pernyataan pers menyatakan.

Karena studi ini bersifat observasional, kesimpulan definitif tidak dapat diambil tentang tingkat logam beracun dan frekuensi/rasa vaping. Selain itu, tingkat logam beracun dalam vape akan bervariasi menurut merek dan jenis vaporizer yang digunakan (tank, pod, mod).

Baca Juga: Peneliti Beberkan awal Esketamine Hingga Depresi Pasca Melahirkan

"Penggunaan e-rokok selama masa remaja dapat meningkatkan kemungkinan paparan logam, yang dapat memengaruhi perkembangan otak dan organ secara negatif. Temuan ini memerlukan penelitian lebih lanjut, regulasi vaping, dan intervensi kesehatan masyarakat yang ditargetkan untuk mengurangi potensi bahaya penggunaan e-rokok, terutama di kalangan remaja," demikian kesimpulan para peneliti.

Halaman:

Editor: Maryam Purwoningrum

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah