Peternak di Abu Dis Palestina Curhat Soal Mempertahankan Hewan Ternak

17 Juni 2024, 21:35 WIB
Ilustrasi Hewan Ternak, PANEN DAGING QURBAN! Inilah Populasi Kambing Terbanyak dari Tahun Ketahun di Provinsi Jawa Tengah, Siap Nyate. /fb/

HARIAN BOGOR RAYA - Seorang peternak di Abu Dis, Mohammad Abo Helal, menyebut, ia kesulitan mempertahankan hewan ternak saat kesulitan yang dihadapi, apalagi dengan terbatasnya akses karena tembok pembatas Israel.

“Kami pun benar-benar terdampak perang. Saat ini, masyarakat tengah sedih dan suasana hari raya pun tiada,” kata dia, menceritakan dampak perang terhadap kehidupan masyarakat.

Akunya, permintaan hewan ternak untuk Idul Adha kali ini menurun karena harganya yang terus naik. “Tampaknya, tren permintaan yang rendah seperti ini akan berlanjut,” ucapnya.

Baca Juga: Berhasil Ungkap Curas Hewan Ternak, Ketua DPRD Berikan Apresiasi Kepada Kapolres Lampung Utara

Pendudukan Israel di Tepi Barat dan agresi Israel di Jalur Gaza, tambahnya, sangat memiliki dampak bagi dirinya. “Peternakan kami kecil. Kami pun tak bisa memperluas peternakan ini karena pendudukan Israel. Kami sama sekali tidak merasakan kebahagiaan ataupun suasana hari raya. Rasanya hanya ada perang dan pendudukan di mana-mana,” ucap Abo Helal.

Peternak lain bernama Suleiman Mosa mengeluhkan penurunan jumlah hewan ternak yang dipeliharanya akibat tekanan ekonomi dari pendudukan Israel.

“Ayah saya dahulu bisa memelihara hingga ratusan ternak,” ucap dia. Tapi sekarang, kata Abo Helal, dirinya dan saudaranya hanya bisa memelihara beberapa ekor saja.

Baca Juga: Kapolres Lampung Utara Ungkap Kasus Curas Hewan Ternak Bersenjata, Satu Orang Meninggal Dunia

Sementara, Idul Adha bagi rakyat Palestina di Yerusalem Timur kali ini terasa berbeda dari biasanya, karena agresi Israel yang tak kunjung henti terus mendera saudara mereka di Jalur Gaza.

Serangan Israel yang sudah berlangsung lebih dari delapan bulan itu meredupkan semangat dan kegiatan ekonomi masyarakat Palestina di Yerusalem Timur dan Tepi Barat dalam menyambut hari raya Islam untuk memperingati pengorbanan keluarga Nabi Ibrahim tersebut.

Karena suasana yang muram dan tekanan ekonomi yang tak ada tanda berakhir, kegiatan di pasar-pasar Yerusalem Timur pun lesu. Kelesuan itu nampak salah satunya dalam perniagaan hewan kurban di Abu Dis, sebuah kota yang meskipun berbatasan langsung dengan Yerusalem Timur, terpisah karena adanya tembok pembatas Israel. Tembok pemisah tersebut mengungkung rakyat Palestina di sana.

Baca Juga: Serahkan 6 Ekor Sapi, KD Tunaikan Ibadah Kurban Idul Adha 1445 H

Seperempat dari 450 ribu lebih warga Palestina di Yerusalem Timur tak bisa leluasa bergerak ke kawasan lain karena dibatasi oleh tembok pembatas yang dibangun Israel pada 2003 itu.

Kawasan pemukiman padat penduduk seperti Abu Dis merupakan satu dari sejumlah daerah yang terputus dengan Yerusalem. Warga Palestina yang tinggal di sana mau tak mau harus melewati pos pemeriksaan Israel setiap kali mereka hendak bekerja atau bersekolah.

Tembok pemisah itu juga merintangi hampir 3 juta warga Palestina di Tepi Barat dari bepergian ke Yerusalem Timur. Terisolasinya Yerusalem Timur dari kawasan Palestina di Tepi Barat pun semakin terasa dalam hari-hari raya seperti Idul Adha. Bagi jutaan rakyat Palestina pun, melaksanakan ibadah di Masjid Al Aqsa, meski tampak di pelupuk mata, hanya menjadi angan belaka.

Baca Juga: Kembali Pasukan Israel Serbu dan Memasuki Ruang Shalat Masjid Al-Aqsa, Sedikitnya 7 Warga Palestina Terluka

Tembok yang memecah kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat Palestina di Yerusalem Timur itu, menurut laporan PBB, menyebabkan kerugian ekonomi sebesar 194 juta dolar AS (Rp3,18 triliun) bagi Palestina setiap tahunnya.

 

Dekat namun jauh

Apabila tak ada halangan, bepergian dari pusat kota Yerusalem Timur ke Abu Dis yang berjarak hanya beberapa kilometer sebenarnya cukup memerlukan waktu beberapa menit

Namun, untuk mencapai Abu Dis saat ini, warga Palestina harus mengambil jalan memutar dan melintasi pos pemeriksaan Israel maupun pemukiman Israel yang didirikan secara ilegal di Tepi Barat. Hal ini membuat perjalanan memakan waktu hingga satu jam.

Ghazi Jawhar, kepala Asosiasi Hewan Ternak Abu Dis, mengatakan, dua daerah yang bersisian tersebut kini benar-benar terpisah akibat tembok pembatas Israel.

Baca Juga: Pengakuan Saksi Mata Soal Polisi Israel Serang Warga Palestina di Pintu Gerbang Masuk Masjid Al Aqsa

Menurut dia, hewan ternak adalah salah satu sumber pemasukan Abu Dis dan merupakan sumber pemasukan utama bagi masyarakat setempat. Namun, agresi Israel membuat tantangan yang dihadapi masyarakat di Tepi Barat semakin berat.

“Sudah harga gabah naik karena perang Ukraina, situasi terkini (perang di Gaza) pun semakin berdampak buruk bagi hewan ternak kecil,” kata dia. Ia mengatakan, rasa duka amat terasa di hati seluruh rakyat Palestina akibat agresi Israel di Jalur Gaza. Mereka pun tak bisa berbahagia merayakan Idul Adha.

“Kami seharusnya merasakan suasana Idul Adha saat ini, tetapi hal tersebut jelas tak terjadi karena perang,” kata Jawhar. Karena agresi militer Israel di Gaza, ucap dia, lebih dari 300.000 warga Palestina yang bekerja di Israel sudah lebih dari delapan bulan ini tak bisa melanjutkan kerjanya.

Baca Juga: Kembali Terjadi Ketegangan, Tentara Israel Batasi Warga Palestina Beribadah di Masjid Al-Aqsa

Pejabat Otoritas Palestina (PA) pun tak luput terdampak. Ia mengatakan, karena tindakan Israel, mereka tak menerima gajinya secara penuh. Dampak ekonomi agresi Israel ke Jalur Gaza juga membuat pedagang hewan ternak kesulitan mengatur harga. Kondisi permintaan dan penawaran saat ini tidak memberi ruang bagi pedagang untuk menurunkan harga, kata Jawhar.

“Pakan ternak mahal, tapi permintaan sangat rendah. Kami sebenarnya mau membantu rakyat terkait (meringankan) harga. Namun, peperangan yang terjadi dan merosotnya pemasukan di Tepi Barat berdampak buruk atas kondisi saat ini” ucap dia.***

Sumber: Anadolu

Editor: Maryam Purwoningrum

Sumber: Anadolu

Tags

Terkini

Terpopuler