Peneliti Ungkap Hasil Penelitian Wanita Dengan Penyakit Autoimun dan Depresi

10 Januari 2024, 16:33 WIB
Ilustrasi. Gejala dan penyebab penyakit autoimun, lupus nefritik yang juga diderita oleh penyanyi Shena Malsiana /pexels.com/Stanley Ng/

HARIAN BOGOR RAYA - Para peneliti di Karolinska Institutet, Swedia menyebut bahwa hasil penelitian soal wanita dengan penyakit autoimun dan depresi.

Masih terkait penyakit autoimun dan depresi, para peneliti mengungkapkan soal “hubungan dua arah” antara depresi perinatal dan penyakit autoimun, dengan risiko sebesar 30 persen pada kedua arah.

“Hubungan dua arah lebih jelas terjadi pada wanita tanpa penyakit penyerta psikiatrik dan paling kuat pada multiple sclerosis,” tulis para peneliti.

Baca Juga: Cara Penting Kurangi Risiko Terdampak Penyakit Autoimun

Mereka menemukan bahwa risiko yang terkait dengan multiple sclerosis adalah dua kali lipat di kedua arah.

“Depresi selama periode sensitif ini (kehamilan) dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi ibu dan bayinya,” kata Bränn.

“Kami berharap hasil penelitian kami akan membantu para pengambil keputusan untuk mengarahkan pendanaan untuk layanan kesehatan ibu sehingga lebih banyak perempuan bisa mendapatkan bantuan dan dukungan pada waktunya,” katanya.

Baca Juga: Empat RSUD di Bogor Buka Pelayanan Khusus Caleg Depresi Jika Gagal di Pemilu 2024

Wanita dengan penyakit autoimun lebih mungkin menderita depresi selama kehamilan dan setelah melahirkan, demikian temuan para peneliti.

Beberapa penyakit autoimun yang umum termasuk intoleransi gluten, rheumatoid arthritis, diabetes tipe 1, dan multiple sclerosis.

Para peneliti di Karolinska Institutet, Swedia, seperti ditulis laman Hindustan Times melalui Antara, Selasa, 9 Januari 2024  menemukan hubungan yang paling kuat dengan multiple sclerosis, sebuah penyakit neurologis. Hal ini juga paling kuat terjadi pada wanita yang tidak memiliki diagnosis psikiatrik sebelumnya

Baca Juga: Kenali Perbedaan Stres Hingga Depresi Pada Orang Biasa dan Ibu Melahirkan

Mereka juga mengamati hubungan sebaliknya di mana wanita dengan riwayat depresi terkait kehamilan dan persalinan, atau depresi perinatal, mungkin memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit autoimun di mana sistem kekebalan tubuh secara keliru mulai menyerang jaringan sehat.

Namun, sebagai penelitian observasional, para peneliti tidak dapat menarik hubungan sebab akibat. Temuan mereka telah dipublikasikan di jurnal "Molecular Psychiatry".

"Studi kami menunjukkan bahwa ada mekanisme imunologi di balik depresi perinatal dan penyakit autoimun harus dilihat sebagai faktor risiko untuk jenis depresi ini," kata penulis pertama studi tersebut, Emma Bränn, seorang peneliti di Institut Kedokteran Lingkungan Karolinska Institutet.

Baca Juga: 5 Makanan Ini Bisa Membuat Bahagia, Juga Bisa Bantu Lawan Depresi

Untuk penelitian ini, para peneliti menggunakan data Catatan Kelahiran Medis Swedia untuk mengidentifikasi wanita yang pernah melahirkan di Swedia antara tahun 2001 dan 2013.

Dari lebih dari 800.000 (8 lakh) wanita dan 1,3 juta (13 lakh) kehamilan yang dilibatkan dalam penelitian ini, tim menemukan bahwa lebih dari 55.000 orang telah didiagnosis menderita depresi selama kehamilan mereka atau dalam waktu satu tahun setelah melahirkan.***

Editor: Maryam Purwoningrum

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler