Studi Ungkap Ibu yang Terkena DBD Saat Hamil dan Dampak Pada Kelahiran Anak

- 25 April 2024, 11:31 WIB
Ilustrasi DBD atau Demam Berdarah Dengue.
Ilustrasi DBD atau Demam Berdarah Dengue. /mikadago/pixabay

HARIAN BOGOR RAYA - Penulis studi lain soal ibu yang terkena dengue (demam berdarah/DBD) selama masa kehamilan, Dr. Martin Foureaux Koppensteiner dari Associate Professor bidang Ekonomi di Universitas Surrey menyebut, hasil kelahiran yang negatif tidak hanya terbatas pada kesehatan masing-masing anak dan ibu, tapi juga memiliki dampak lebih luas pada komunitas di mana dengue sering terjadi.

Masih soal DBD, rawat inap dan masalah kesehatan yang berkelanjutan akibat infeksi pada ibu memerlukan biaya. Hal ini bisa dihindari, atau setidaknya diminimalkan dengan peningkatan kesadaran dan kebijakan yang lebih baik.

“Kami sangat menyarankan agar dengue harus dipertimbangkan bersamaan dengan infeksi TORCH untuk ditangani dan dihindari saat hamil, yang saat ini termasuk toksoplasmosis, rubella, HIV, sifilis, cacar air, zika, dan influenza,” kata Koppensteiner, melanjutkan soal DBD.

Baca Juga: Waspada Deman Berdarah, Lebih Dari Seribu Kasus DBD Terjadi di Jakarta Barat

Sebuah studi terbaru mengatakan ibu yang terkena dengue (demam berdarah/DBD) selama masa kehamilannya dapat mempengaruhi kesehatan bayi yang belum lahir pada tiga tahun pertama kehidupannya.

Dilansir dari Medical Daily melalui Antara, dengue merupakan salah satu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti yang dapat mengancam kehidupan separuh populasi di dunia.

Buktinya ada pada temuan beberapa tahun terakhir bahwa telah terjadi peningkatan kasus penularan di Amerika Serikat. Pada tahun 2023, jumlah kasus yang dilaporkan mencapai lebih dari tiga juta kasus.

Baca Juga: Cegah DBD Dengan Memberantas Sarang Nyamuk dan Konsumsi Makanan Berserat

Salah satu penulis dalam studi dari Universitas Birmingham bernama Dr. Livia Menezes menyoroti meski dengue merupakan penyakit yang banyak ditularkan oleh nyamuk, namun belum banyak orang memperhatikan dampaknya pada hasil kelahiran anak-anak.

Jelas Menezes, untuk menguji dampak infeksi dengue pada ibu terhadap hasil kelahiran, para peneliti menggunakan kumpulan data besar mengenai infeksi dengue pada ibu hamil dari Minas Gerais, Brazil.

Mereka menemukan bahwa anak-anak yang ibunya tertular dengue selama kehamilan memiliki kemungkinan 27 persen lebih tinggi untuk dirawat di rumah sakit sejak lahir hingga usia tiga tahun.

Baca Juga: Kemenkes Imbau Waspadai Potensi Penularan HFMD dan DBD Pasca Mudik

Menurut penelitian yang diterbitkan dalam American Economic Journal: Applied Economics, risiko mencapai puncaknya pada tahun kedua dengan peningkatan angka rawat inap sebesar 76 persen.

“Makalah ini memaparkan penelitian kuat yang menunjukkan bahwa tertular dengue, meskipun kasusnya ringan, saat hamil dapat berdampak signifikan pada kesehatan anak setelah lahir. Dampak kelahiran ini bahkan dapat berdampak jangka panjang. Misalnya, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa berat badan lahir rendah dapat berdampak negatif terhadap hasil sosio-ekonomi dan kesehatan di masa dewasa,” kata Menezes.

Lebih lanjut hasil analisis juga menunjukka, bayi yang lahir dari ibu yang terjangkit dengue selama kehamilan mengalami penurunan berat badan lahir. Hal ini meningkatkan risiko bayi baru lahir dikategorikan memiliki berat badan lahir sangat rendah sebesar 67 persen dan berat badan lahir sangat rendah sebesar 133 persen.***

Editor: Maryam Purwoningrum

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah