Penelitian Ungkap Perubahan Lingkungan, Otak, Hingga Perasaan Paranoia

- 27 Juni 2024, 12:11 WIB
ilustrasi penelitian
ilustrasi penelitian /freepik

Pada semua studi sebelumnya, manusia dan monyet melakukan tugas yang sama untuk menangkap seberapa tidak stabilnya kepercayaan partisipan pada lingkungan mereka. Para partisipan di setiap penelitian diberikan tiga opsi pada sebuah layar. 

Opsi ini berhubungan dengan kemungkinan yang berbeda untuk menerima sebuah hadiah. Jika partisipan memilih opsi dengan kemungkinan tertinggi menerima sebuah hadiah, mereka akan mendapatkannya dengan lebih sedikit percobaan. Sedangkan opsi dengan kemungkinan terendah akan membutuhkan lebih banyak percobaan. 

Baca Juga: Hasil Penelitian Ungkap Kanker Paru-paru Hingga Perokok dan Mantan Perokok

Sementara itu, partisipan yang memilih opsi ketiga atau sesuatu yang berada di tengah, tidak memiliki informasi mengenai kemungkinan mendapatkan sebuah hadiah dan harus menemukan pilihan terbaik mereka dengan mencoba. Setelah beberapa percobaan tanpa peringatan, opsi probabilitas hadiah tertinggi dan terendah akan berganti.

Pada studi sebelumnya, beberapa monyet memiliki lesi (kerusakan jaringan) yang kecil namun spesifik pada salah satu dari dua bagian otak yang diminati: korteks orbitofrontal (bagian yang menerima dan menggabungkan masukan modalitas sensorik), yang telah dikaitkan dengan pengambilan keputusan yang berhubungan dengan hadiah, atau talamus mediodorsal, yang mengirim informasi lingkungan untuk mengontrol pembuatan keputusan pada otak. 

Di antara partisipan manusia, beberapa dilaporkan memiliki paranoia tinggi dan beberapa tidak. Para peneliti menemukan adanya lesi (kerusakan jaringan) pada kedua bagian otak akan memberikan dampak negatif pada kebiasaan para monyet, namun dengan kebiasaan yang berbeda-beda. Monyet dengan lesi pada korteks orbitofrontal lebih sering terjebak pada opsi yang sama meskipun tidak mendapatkan sebuah hadiah. 

Baca Juga: Hasil Penelitian Ungkap Soal Pemeriksaan Kuku Hingga Risiko Kanker

Di sisi lain, mereka yang memiliki lesi pada talamus mediokorsal menunjukan perubahan perilaku yang tidak menentu meskipun sudah menerima hadiah. Mereka tampaknya menganggap lingkungan mereka tidak stabil. 

Hal ini mirip dengan apa yang diamati oleh para peneliti pada partisipan manusia dengan paranoia yang tinggi. Para peneliti mengatakan bahwa penemuan ini menawarkan informasi baru tentang apa yang terjadi pada otak manusia – dan peran yang mungkin dimainkan oleh talamus mediokorsal – ketika orang-orang mengidap paranoia. Mereka juga menyediakan cara untuk mempelajari perilaku manusia yang kompleks pada hewan yang lebih sederhana. 

“Penelitian ini memungkinkan kita untuk bertanya bagaimana kita bisa menerjemahkan apa yang kita pelajari pada spesies yang lebih sederhana – seperti tikus dan hewan tak bertulang belakang – untuk mempercepat pemahaman pola pikir manusia.” ucap Corlett.

Halaman:

Editor: Maryam Purwoningrum

Sumber: Neuroscience News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah