Kisah Kepala Desa Kawunghilir Siapkan Uang Rp200 Juta Dipinjamkan ke Warga Tanpa Bunga

25 Januari 2023, 20:43 WIB
Spanduk besar bertulis penolakan masuknya bank emok, bank keliling, atau rentenir dipasang di sejumlah gang dan jalan pintu masuk ke Desa Kawunghilir, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka. /Tati Purnawati/Majalengka/


Harian Bogor Raya - Kepala Desa Kawunghilir, Yossi Novita mengaku begitu diangkat menjadi kepala desa, secara pribadi menyiapkan uang sebesar Rp200 juta untuk dipinjamkan kepada masyarakat tanpa bunga ataupun jaminan.

Pinjaman tanpa bunga atau jaminan itu seperti halnya ke bank, termasuk persyaratan hanya sekedar KTP sekalipun tidak diminta.

Begitu kas dibuka dan diumumkan kepada masyarakat, banyak masyarakat yang datang, bahkan ada di antaranya yang meminjam untuk modal usaha sebesar Rp10 juta dan Rp15 juta, tetapi mereka kini telah melunasinya.

Baca Juga: Mengungkap Misteri Kematian Kerangka Sepasang Kekasih Berusia Ratusan Tahun

“Yang mengelola uang pinjaman ini saya tunjuk Irma Armilah, staf di desa,” ujar Kepala Desa.

Irma mengatakan, saat ini yang meminjam uang tanpa bunga tersebut sudah lebih dari 100 orang. Dia mengaku cukup selektif untuk meminjamkannya setidaknya ditanya keperluannya, untuk menutupi ke bank emok, biaya sekolah, makan, modal, atau keperluan lain.

Dia berusaha memprioritaskan untuk menutupi utang ke bank keliling agar mereka tidak terus terlilit utang, setelah itu dipenuhi untuk kebutuhan lainnya.

Baca Juga: Viral Bayi Diberi Kopi Susu Sachet, Presiden Jokowi Sentil BKKBN

Warga yang antre mengajukan pinjaman kini sudah cukup banyak, hanya uang sudah tersebar di masyarakat. Mereka yang akan meminjam uang harus menunggu setoran dari masyarakat yang lebih dulu meminjam.

Kini nasabah ada yang lancar membayar ada juga yang tersendat dan berjanji melunasi setelah panen.

Sayangnya tidak ada seorang pun yang bersedia menyebutkan nama warga yang terlibat bank emok atau rentenir meski di buku pinjaman tertera daftar nama yang meminjam uang.

Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Akan Jadi Vaksin Berbayar, Menkes Beri Penjelasan

Kabarnya dari 100 lebih daftar nama peminjam, banyak di antaranya yang terlibat rentenir. Alasanya aib bagi masyarakat dan aib desa, yang tidak boleh namanya dipublikasikan ke luar.

“Uang sebesar itu sekarang semua ada di masyarakat, kalau ada yang mau pinjam harus menunggu setoran terlebih dulu,” tutur Irma.

Masih kata Yossa, Andri, Dedi, Ade, ataupun Irma, sejak adanya pinjaman lunak tanpa bungan yang disiapkan kepala desa, kini bank keliling tidak terlihat berkeliaran di Desa Kawunggirang.

Baca Juga: Pembangunan 30 Ruas Tol Mayoritas Dibiayai Pihak Luar, Ketahui Daftar Tol Sudah dan Akan Beroperasi

Entah malu dengan spanduk yang dipasang di tiap tempat sebagai bentuk penolakan berkeliarannya rentenir di Desa Kawungghilir atau masyarakat juga malu untuk meminjam kembali kepada rentenir karena sudah ada pinjaman dari kepala desa.

Namun baik kepala desa, kaur kesra, Raksabumi ataupun pengelola keuangan tidak mau menjamin kalau masyarakatnya sudah benar-benar lepas dari jeratan rentenir.

Sebab menurut mereka prilaku masyarakat tidak bisa diubah secara total, sehingga kemungkinan ada yang masih meminjam tetapi sembunyi-sembunyi tidak dilakukan di wilayah desanya.

Baca Juga: Begini Lirik Lagu Aiya Susanti Yang Lagi Viral di Tiktok

“Bisa saja kan ketemuan di tempat lain,” ujar Kaurkesra Andri dan Raksabumi Dedi.

Namun demikian, sudah cukup lama mereka tidak melihat orang berjaket menggunakan sepeda motor sambil membawa tas atau dompet besar datang ke wilayahnya siang atau sore hari atau bahkan hingga malam hari, seperti sebelumnya sangat dikenal dengan sebutan petuags bank keliling.

Masih kata Yossi, spanduk dibuat karena dia benar-benar merasa prihatin dengan kondisi warga yang banyak terlilit utang dari rentenir nyaris tanpa batas.

Baca Juga: Dua Dari Empat Orang Terduga Pelaku Pencurian di PT Florindo Makmur Akhirnya Ditangkap Pihak Kepolisian

Setiap hari, rentenir yang melakukan penagihan atau menawarkan uang dari bank emok dan bang keliling atau bankli (istilah yang dikenal masyarakat setempat) berkeliaran.

Hingga akhirnya masyarakat yang tergiur untuk kebutuhan sesaat pun tertarik untuk meminjam tak peduli bayar dari mana.

“Mereka yang meminjam uang ke bankli ini awalnya ada yang untuk kebutuhan sehari-hari, ada yang untuk kebutuhan konsumtif, ada juga yang ikut-ikutan pinjam karena temannya meminjam,” ujar Yossa.

Baca Juga: Gara-gara Pandemi Covid-19, Campak Jadi KLB di Dunia

Sebagian masyarakat, menurut Kaur Kesra, Andri Agus Pratama dan Raksabumi Dedi Teja Sukmana, alasan meminjam karena mereka tidak bekerja atau hanya pekerja serabutan, buruh tani, atau mereka yang tidak memiliki penghasilan tetap, sehingga ketika dilakukan penagihan oleh bankli akhirnya meminjam lagi ke bankli lain atau rentenir lainnya untuk menutupi tagihan tersebut, begitu seterusnya.

Hingga akhirnya banyak masyarakat yang terlilit utang besar hingga jutaan rupiah bahkan belasan juta. Para penagih datang mulai siang hingga sore hari dimana nasabahnya berada di rumah.

“Maklum saja 'kan dari pinjaman Rp200.000 yang diterima kan tidak utuh sudah berkurang 10 persen, esoknya tidak bisa bayar bunga akan bertambah sebab bunga tersebut akhirnya masuk ke pokok. Pinjaman ke bank keliling ini tidak akan ada yang besar, untuk pinjam Rp1 juta cukup lama dan nasabah juga mikir karena harus bayar setiap hari. Namun jika pinjamannya ke banyak rentenir akhirnya uang ya besar juga bisa lebih dari 1 atau Rp2 juta,” tutur Dedi.

Baca Juga: Mengenal Meong Congkok dan Populasinya yang Langka di Jawa Barat

Menurut mereka, ada di antara masyarakat yang kesulitan untuk melunasi utangnya karena sudah cukup besar, hingga terpaksa harus melepas tanah pekarangannya untuk membayar kepada salah seorang rentenir.

“Sekarang yang meminjamkan uangnya juga sudah tidak ada di Kawunghilir,” tutur kepala desa yang diiakan stafnya.

Warga yang terlibat urang kepada rentenir ini dianggap cukup banyak, meski mereka tidak secara terbuka mengakui punya utang kepada rentenir.

Baca Juga: Bantu Warga Perbatasan di Papua, Prajurit TNI AD Beri Pelayanan Kesehatan Gratis

Tetapi dengan banyaknya penagih yang berkeliaran di masyarakat itu sudah menunjukan bahwa banyak yang terlibat pinjaman uang kepada rentenir.

Spanduk besar bertuliskan penolakan masuknya bank emok, bank keliling, atau rentenir dipasang di sejumlah gang dan jalan pintu masuk ke Desa Kawunghilir, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka.

Terlihat pads spanduk tersebut terpampang jelas tulisan dengan warna yang kontras, menandakan kehadiran bank di wilayah desa Kawunghilir dianggap menyengsarakan dunia maupun akhirat.

Baca Juga: Penemuan Botol Miras di Salah Satu Ruangan Setda, Bupati dan Satpol PP Sukabumi Ambil Tindakan

Diketahui, jumlah penduduk di Desa Kawunghilir hanya sebanyak 860 jiwa atau 300 kepala keluarga dengan luas wilayah 77,2 ha.***

Artikel ini telah terbit di Pikiran Rakyat dengan judul Dianggap Menyengsarakan, Warga Majalengka Pasang Spanduk Tolak Kehadiran Rentenir

 

Editor: Maryam Purwoningrum

Tags

Terkini

Terpopuler