Kisah dari Film Dokumenter Pekerja Migran Indonesia "Pilihan"

11 Maret 2024, 13:43 WIB
Ilustrasi Pekerja Migran Indonesia (PMI). /Antara/M N Kanwa/

HARIAN BOGOR RAYA - Film dokumenter kisah pekerja migran Indonesia berjudul "Pilihan" menyajikan kisah Ani Ema. Ani Ema itu mantan pekerja migran yangƙ satu film panjang. Di film Pilihan, dia mengungkap kisah inspiratif di balik pembentukan ruangmigran.id atau RUMI, sebuah komunitas daring yang didedikasikan guna mengatasi masalah yang dihadapi pekerja migran.

Perjalanan Ani Ema dari seorang pekerja migran hingga menjadi seorang advokat memberikan wawasan mendalam soal perjuangan dan tantangan yang ɓdihbadapi oleh jutaan orang di seluruh dunia.

Selain pekerja migran, Ani Erna sendiri adalah seorang kreatif dan pembuat film, menekankan pentingnya kolaborasi dalam mendorong perubahan sosial.

Baca Juga: Pekerja Migran Asal Myanmar Gambarkan Situasi Saat Ini di Myanmar

Sementara, pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Singapura menggelar acara nonton bareng (nobar) film dokumenter kisah pekerja migran Indonesia berjudul "Pilihan" yang dihadiri ratusan pekerja migran perempuan di Aula Nusantara kawasan tersebut, 25 Februari 2024 lalu.

KBRI Singapura melalui atase Ketenagakerjaan bersama atase Pendidikan dan Kebudayaan dalam keterangan pers yang disiarkan di Jakarta, Senin, mengemukakan bahwa pemutaran film tersebut dimaksudkan sebagai media pembelajaran bagi PMI.

”Film ini menyajikan pilihan-pilihan yang tersedia dengan segala konsekuensinya bagi kehidupan pekerja migran, sehingga baik sekali untuk menjadi pembelajaran,” ujar atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Singapura, I.G.A.K. Satrya Wibawa.

Baca Juga: Wapres Tegaskan Tidak Ada Lagi Hukum Cambuk di Malaysia Bagi Pekerja Migran Indonesia

Menurut dia, penggunaan media film dokumenter sebagai kanal pembelajaran menjadi relevan pada era digital saat ini.

”Film dokumenter memberikan efek pembelajaran yang lebih nyata karena disampaikan oleh pelaku berdasarkan pengalaman nyata,” ujar Satrya yang juga pengajar film di Universitas Airlangga.

Senada dengan itu, staf teknis Ketenagakerjaan KBRI Singapura, Tantri Darmastuti, menyampaikan film dokumenter ini menjadi penting karena banyak kasus yang menimpa pekerja migran Indonesia akibat ketidaktahuan penggunaan media sosial secara bijak.

Baca Juga: Penting! Sejumlah Negara Terima Pekerja Migran dari Indonesia, BP2MI Ungkap Informasi Lengkapnya

Hal ini sejalan dengan tugas dan kewajiban KBRI Singapura dalam melayani dan melindungi warga negara Indonesia di Singapura, sehingga Satrya dan Tantri menyambut baik dan mendukung penuh pemutaran film Pilihan ini sebagai sarana edukasi untuk pekerja migran Indonesia. Film ini akan didistribusikan ke kantong-kantong pekerja migran Indonesia di Singapura dan negara lainnya bekerja sama dengan BP2MI dan kementerian terkait.

Film dokumenter "Pilihan diproduksi oleh Ruang Migran, sebuah komunitas yang dimotori oleh Noor Huda, Ph.D, yang merupakan mantan wartawan, aktivis sekaligus pembuat film dokumenter yang kini sedang menjadi rekanan peneliti di Nanyang Technological University, Singapura.

Film ini menceritakan kisah Listyowati dan Masyitoh, dua pekerja migran di Singapura. Listyowati, pekerja migran asal Sendangkulon, berjuang dengan realitas pahit pernikahan. Mimpi-mimpinya tentang kehidupan yang lebih baik hancur oleh kekejaman suaminya, meninggalkannya kecewa dan merindukan tujuan hidup, serta perjalanannya berubah drastis ketika ia tersandung atas kekejaman yang terjadi di Timur Tengah.

Baca Juga: Beda Sumber Energi Matahari di Indonesia dan Singapura

Terkejut oleh penderitaan anak-anak yang tak bersalah, Listyowati merasa terdorong untuk bertindak. Namun, usahanya yang salah untuk mencari makna membawanya ke jalan berbahaya menuju ekstremisme, sehingga dia ditangkap oleh kepolisian.

Kisah kedua bercerita tentang pekerja migran Indonesia di Singapura, Masyitoh memulai perjalanan penemuan diri dan pemberdayaan. Melalui kerja keras dan tekad, Masyitoh menemukan dirinya dalam perjalanan menuju pendidikan dan kewirausahaan.

Perjalanannya berubah secara transformatif ketika ia menemukan kekuatan perdagangan online atau daring.

Baca Juga: Wapres Tegaskan Tidak Ada Lagi Hukum Cambuk di Malaysia Bagi Pekerja Migran Indonesia

Melalui semangat baru untuk penjualan internet, Masyitoh memberdayakan dirinya sendiri dan komunitasnya untuk mengejar kemandirian finansial. Dengan setiap penjualan, ia merasa satu langkah lebih dekat untuk mewujudkan mimpi-mimpinya dan membebaskan diri dari belenggu kemiskinan.

Dengan bermitra bersama Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan organisasi-organisasi masyarakat seperti Aisyiah, RUMI berusaha memanfaatkan keahlian dan keterlibatan masyarakat untuk mengatasi akar masalah eksploitasi.

Misi inti RUMI adalah memberdayakan pekerja migran untuk mengarungi lanskap digital dengan bijaksana, mengakui prevalensi penipuan dan disinformasi. Dengan menyediakan platform untuk pendidikan dan advokasi, RUMI bertujuan melindungi pekerja migran dari eksploitasi dan membentuk komunitas ketahanan dan pemberdayaan.

Baca Juga: Haiti Memanas, Dubes RI Havana Pastikan 7 Pekerja WNI Aman

”RUMI dapat menjadi ruang alternatif yang membantu pemerintah dalam mendidik dan memberdayakan pekerja Migran," jelas Noor Huda, seraya menambahkan bahwa masih banyak ruang-ruang kosong dalam pemberdayaan pekerja migran yang dapat diisi oleh komunitas dan lembaga swadaya masyarakat.***

Editor: Maryam Purwoningrum

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler