Mengenal Lebih Dekat Nabi Muhammad SAW Sosok Yang Bersahaja dan Santun

- 6 April 2023, 23:00 WIB
Kaligrafi lafadz nabi Muhammad
Kaligrafi lafadz nabi Muhammad /Masmufid/

Baca Juga: Kenapa Jelang Ramadan Sebagian Umat Muslim Lakukan Nyekar Atau Ziarah

Kalimat yang dipilihnya pun sudah mengandung sebuah akhlak. Dia tidak mengatakan akhlak sebelumnya jelek dan hancur lebur. Dia tidak hendak mengoreksi, apalagi mencaci dan menghakimi, seperti kebanyakan para da’i saat ini. Muhammad datang untuk “menyempurnakan” akhlak yang “mulia” (perhatikan kata yang diberi dua tanda petik). Luar biasa bukan?! Untuk mengemban misi ini tentu Muhammad sendiri harus membuktikan diirnya pantas sebagai uswatun hasanah (teladan yang baik).

Sebelum diangkat sebagai Nabi pun penduduk Mekkah sudah mengenal kejujurannya sehingga beliau digelar Al-Amin. Track record itu penting. Muhammad pun menolak kerajaan atau harta yang ditawarkan. Lantas kalau Beliau sudah berhasil menyempurnakan akhlak yang mulia, maka hasilnya akan seperti apa? Kali ini Tuhan yang mewakili untuk memberi jawaban lewat ayat suci. Hasil dari gemblengan akhlak yang mulia itu akan melahirkan Islam yang berupa rahmat bagi semesta alam.

Duh, sampai di sini kita berhenti sejenak. Ini bukan sosok pahlawan atau manusia unggul seperti di komik, novel dan film, yang setelah mengalahkan kejahatan kemudian selesai —atau paling tidak menunggu musuh baru sampai film berikutnya. Ini sosok yang tidak menjadikan kemenangan semata sebagai sebuah tujuan.

Baca Juga: Selain Kurma Buah-buahan Ini Bisa Dijadikan Menu Pembuka Puasa

Bahkan Qur’an pun menegaskan bahwa bukan tugas Muhammad untuk memaksa semua orang menjadi Muslim. Tidak ada paksaan dalam beragama. Ketika pasukannya baru saja memenangkan pertarungan di daerah Badar yang secara kalkulasi manusia biasa mustahil dimenangkan, sosok ini malah mengingatkan bahwa itu pertarungan kecil.

Karena pertarungan yang sesungguhnya adalah melawan nafsu diri kita masing-masing. Pasukannya sendiri malah tidak bisa mengontrol nafsu duniawi mereka saat pertempuran berikutnya di bukit uhud yang membuat mereka kalah. Pelajaran pahit!  Namun apa itu semua cukup untuk menjadikan Muhammad sebagai sosok yang istimewa dalam panggung sejarah peradaban manusia?

Mukjizat Nabi Muhammad
Tuhan memberinya kitab suci Alquran. Inilah mu’jizat Muhammad. Adakah keajaiban pada kitab suci yang dijadikan andalan Nabi terakhir ini? Karena Muhammad adalah sosok panutan untuk semua bangsa dan melintasi zaman hingga hari kiamat nanti, tentu saja mukjizatnya juga harus melintasi batas ruang dan waktu; tidak bisa hanya temporer atau lokal seperti mu’jiat para Nabi sebelumnya.

Baca Juga: Urutan Negara-negara Yang Memiliki Durasi Puasa Terpendek, Indonesia Termasuk Dalam Daftar

Musa menghadapi zaman dimana penyihir begitu ditakuti, maka mukjizat Musa pun cocok untuk zaman itu. Tapi mu’jizat Muhammad harus melampaui zamannya sendiri. Lantas bagaimana kitab suci al-Qur’an melintasi itu semua? Apakah lewat peperangan dan kekerasan menaklukkan dunia?

Apakah lewat penjajahan dan penindasan terhadap umat lain? Tidak! Misi utama sosok ini yang hendak menyempurnakan peradaban manusia yang berakhlak mulia sebagai rahmat untuk semesta alam diwujudkan dalam wahyu pertama. Ketika menerima perintah pertama yang diterimanya di gua hira, isinya berupa Iqra’ (bacalah!). Inilah cikal-bakal munculnya peradaban Islam.

Keteladanan Rasulullah SAW
Melalui ilmu pengetahuan misi Muhammad melintasi batas wilayah, zaman dan generasi. Itu sebabnya Iqbal, cendekiawan besar dari Pakistan, menulis bahwa “Muhammad adalah mukadimah bagi alam semesta”. Maka lewat apresiasi terhadap ilmu pengetahuan yang etis dan mengandung rahmat ilahi, Muhammad telah menginspirasi jejak peradaban manusia.

Baca Juga: Dalam Sejarah Tercatat Nabi Muhammad SAW Menjalankan Puasa Ramadan Selama Sembilan Tahun Dalam Hidupnya

Di sinilah keistimewaan seorang manusia bernama Muhammad. Ajaran yang dibawanya plus keteladanan etis yang diwariskannya merupakan kontribusi penting bagi peradaban semesta. Maulid adalah memori kolektif kita akan perjuangan Nabi Muhammad menginstitusionalisasikan akhlak mulia, perintah Iqra’ dan Islam yang rahmatan lil 'alamin.

Tanpa kesadaran akan jejak silam, kita mustahil bisa move on. Maka Maulid jangan direduksi hanya menjadi perdebatan tahunan masalah bid’ah atau tidak. Maulid Nabi adalah momen kita untuk kembali mengambil pelajaran dari sosok yang Allah SWT dan malaikat pun bershalawat kepadanya, tulisan ini dilansir dari sumber Nahdlatul Ulama.***

Halaman:

Editor: UG Dani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x