Peneliti Ungkap Hal Penting Soal Dampak Kesehatan darj Penggunaan Minyak Goreng Secara Berulang

28 Maret 2024, 16:05 WIB
Ilustrasi minyak goreng. /PIXABAY/congerdesign

HARIAN BOGOR RAYA - Para peneliti soal penggunaan minyak goreng secara ulang mencatat tingkat degenerasi syaraf yang lebih tinggi pada tikus yang mengkonsumsi minyak yang dipanaskan ulang dan keturunannya daripada tikus dengan diet normal. Hal ini dihubungkan dengan gangguan pada sumbu hati, usus, dan otak yang terkait dengan minyak yang dipanaskan ulang.

"Akibatnya, metabolisme lipid hati mengalami perubahan signifikan, dan transportasi asam lemak omega-3 penting untuk otak DHA berkurang. Ini, pada gilirannya, menyebabkan degenerasi syaraf, yang terlihat dalam histologi otak tikus yang mengonsumsi minyak yang dipanaskan ulang serta keturunannya," tulis para peneliti.

Tim peneliti pun melakukan eksperimen lebih lanjut dengan menggunakan monosodium glutamat (MSG) untuk meningkatkan neurotoksisitas pada keturunan tikus.

Baca Juga: BUMD Pastikan Ketersediaan Minyak Goreng Minyakita

Hasil penelitian, keturunan yang mengonsumsi minyak yang dipanaskan ulang kemungkinan besar mengalami kerusakan saraf daripada kelompok kontrol yang tidak menerima minyak atau yang menerima minyak yang tidak dipanaskan.

Para peneliti mendapati penggunaan minyak goreng secara ulang bisa meningkatkan risiko degenerasi syarat dan kerusakan otak.

Berdasarkan hasil studi pada tikus yang disajikan di Discover BMB 2024, pertemuan tahunan American Society for Biochemistry and Molecular Biology, diet yang mengandung minyak masak yang dipanaskan ulang menyebabkan peningkatan signifikan level degenerasi syaraf dibandingkan dengan diet standar.

Baca Juga: Anggota Komisi VI DPR RI Tegaskan Pasokan Minyak Goreng Jelang Bulan Ramadhan

Dilansir dari Medical Daily melalui Antara, Kathiresan Shanmugam dari Central University of Tamil Nadu, India, selaku pemimpin studi menyampaikan, penelitiannya menunjukkan dampak jangka panjang konsumsi minyak goreng pada peningkatan degenerasi syaraf pada keturunan generasi pertama.

Pada studi tersebut, tikus dibagi menjadi lima kelompok. Setiap kelompok diberi makanan standar saja atau makanan standar yang disertai dengan 0,1 ml per hari minyak wijen yang tidak dipanaskan, minyak bunga matahari yang tidak dipanaskan, minyak wijen yang dipanaskan ulang, atau minyak bunga matahari yang dipanaskan ulang selama 30 hari.

Tikus yang mengonsumsi minyak wijen atau bunga matahari yang dipanaskan ulang mengalami peningkatan stres oksidatif dan peradangan di hati.

Baca Juga: Update, Ini Batas Penjualan Minyak Goreng Rakyat 'Minyakita'

Mereka juga mengalami kerusakan signifikan pada usus besar dan perubahan terkait pada endotoksin dan lipopolisakarida, racun yang dilepaskan dari bakteri tertentu.***

Editor: Maryam Purwoningrum

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler