Penelitian Ungkap Olahraga di Malam Hari dan Peluang Kematian

25 April 2024, 10:00 WIB
Ilustrasi olahraga /Istimewa

HARIAN BOGOR RAYA - Pasca melakukan pelacakan kesehatan peserta penelitian yang melakukan olahraga di malam hari selama hampir delapan tahun, peneliti menemukan, mereka yang melakukan sebagian besar MVPA mereka pada malam hari memiliki risiko kematian akibat semua. Pasalnya, penyakit kardiovaskular, dan penyakit mikrovaskular yang paling rendah, yaitu jenis penyakit jantung yang mempengaruhi arteri yang lebih kecil.

Hasil penelitian menyebutkan, temuan ini tercermin pada subset peserta yang memiliki obesitas dan diabetes tipe dua. Olahraga malam hari pada kelompok ini lebih terkait mortalitas dan morbiditas kardiovaskular yang lebih rendah.

Meski MVPA pada malam hari terkait manfaat kesehatan terbesar, olahraga kapanpun dalam sehari masih terkait risiko lebih rendah pada peristiwa yang merugikan ini dibandingkan dengan tidak ada latihan aerobik sama sekali.

Baca Juga: Rekomendasi Anda Lakukan Olahraga di Musim Panas

Studi ini bersifat observasional, artinya, bisa jadi rentan terhadap bias. Tidak membuktikan berolahraga pada malam hari menyebabkan peluang yang lebih rendah untuk kematian akibat semua sebab, penyakit kardiovaskular, atau penyakit mikrovaskular.

Para ahli tidak tahu dengan pasti mengapa olahraga pada malam hari terkait dengan manfaat-manfaat ini. Peneliti menyarankan aktivitas fisik pada malam hari bisa jadi menyebabkan penurunan kadar glukosa di pagi hari yang bisa memberikan manfaat metabolik.

Sebut peneliti, penelitian lebih lanjut harus dilakukan untuk lebih memahami hubungan antara olahraga malam hari dan penurunan risiko kematian dan penyakit jantung, khususnya apakah yang pertama dapat menyebabkan yang terakhir.

Baca Juga: Anjuran Penting Bagi Masyarakat, Mulai dari Olahraga Hingga Intermittent Fasting

Demikian dilansir dari Health melalui Antara. Studi yang dipublikasikan pada 10 April dalam jurnal Diabetes Care, mencakup data dari hampir 30 ribu orang dengan obesitas, 10 persen di antaranya juga menderita diabetes tipe dua.

Tim peneliti menemukan bahwa peserta yang melakukan sebagian besar latihan aerobik mereka antara pukul 6 sore hingga tengah malam memiliki risiko penyakit jantung dan kematian dini yang paling rendah.

“Meskipun kami perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk menetapkan hubungan sebab akibat, studi ini menunjukkan bahwa waktu aktivitas fisik bisa menjadi bagian penting dari rekomendasi untuk manajemen obesitas dan diabetes tipe dua di masa depan, serta perawatan kesehatan preventif secara umum,” kata penulis studi Emmanuel Stamatakis, PhD, profesor aktivitas fisik, gaya hidup, dan kesehatan populasi di University of Sydney, dalam sebuah siaran pers.

Baca Juga: Studi Terbaru Ungkap Fakta Olahraga Ringan 15 Menit

Meski melakukan olahraga pada malam hari bisa memberikan lebih banyak manfaat kesehatan bagi orang dengan obesitas dan diabetes tipe dua, para ahli menekankan bahwa berolahraga adalah ide bagus kapan pun Anda bisa melakukannya.

“Ya, dalam dunia yang sempurna, mungkin malam hari adalah yang terbaik, tapi jika kita tidak bisa melakukannya di malam hari, masih ada manfaat bahkan pada waktu lain dalam sehari,” kata Matthew Freeby, MD, endokrinologis dan direktur Gonda Diabetes Center di UCLA Health, kepada Health.

Menurut para ahli, inilah bagaimana waktu berolahraga dapat memengaruhi hasil kesehatan bagi orang dengan obesitas dan diabetes tipe dua, serta apa yang perlu diketahui sebelum mengubah rutinitas olahraga Anda.

Baca Juga: Hal Penting Soal Makanan Penutup Setelah Sesi Olahraga dan Jelang Malam Hingga Pasaca Makan Berat

Penelitian lain sebelumnya telah menemukan hubungan antara olahraga pada malam hari dan manfaat kesehatan tambahan bagi orang dengan diabetes tipe dua. Tetapi para peneliti di balik laporan baru ini ingin lebih mengeksplorasi ide ini, khususnya untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana waktu latihan dapat memengaruhi kesehatan seseorang dalam jangka panjang.

Tim ini mengandalkan data dari 29.836 orang yang terdaftar dalam basis data Biobank Inggris. Mereka semua mengalami obesitas, dan sekitar 3 ribu juga menderita diabetes tipe dua. Usia rata-rata peserta adalah sekitar 62 tahun, dan sekitar 53% adalah wanita.

Selama seminggu, peserta terus-menerus menggunakan akselerometer pergelangan tangan sehingga peneliti dapat melacak dengan akurat aktivitas fisik sedang hingga berat (MVPA) setiap orang. Ini mencakup berbagai gerakan yang meningkatkan detak jantung seseorang, mulai dari berkebun atau jalan cepat hingga bersepeda atau berlari.

Baca Juga: Peneliti Ungkap Hal Penting Soal Pengaruh Olahraga dan Insomnia

Dengan menggunakan data ini, penulis studi melihat seberapa sering peserta melakulan olahraga dan menempatkannya ke dalam tiga kategori berbeda berdasarkan apakah mereka melakukan sebagian besar MVPA mereka di pagi hari, siang hari, atau malam hari.***

Editor: Maryam Purwoningrum

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler