Peneliti Ungkap Hubungan Cuaca Panas Hingga Polusi dan Serangan Jantung, Dianggap Ada Keterbatasan

- 17 Agustus 2023, 21:05 WIB
Caption: Ilustrasi cuaca panas menyebabkan tubuh berkeringat, dan bila tidak diimbangi dengan cairan yang cukup, tubuh bisa mengalami dehidrasi./Pexels/Ketut Subiyanto
Caption: Ilustrasi cuaca panas menyebabkan tubuh berkeringat, dan bila tidak diimbangi dengan cairan yang cukup, tubuh bisa mengalami dehidrasi./Pexels/Ketut Subiyanto /

HARIAN BOGOR RAYA - Ada penelitian dan studi soal efek fatal dari cuaca ekstrem yang dianggap memiliki keterbatasan. Pertama, studi tidak membuktikan cuaca ekstrem atau udara yang tercemar secara langsung menyebabkan kasus serangan jantung mematikan. Hasilnya bisa jadi hanya berlaku untuk beberapa wilayah.

Studi efek fatal dari cuaca ekstrem ini ini tetap penting karena meningkatkan kewaspadaan atas paparan polusi dan cuaca ekstrem. Begitu juga pembahasannya bahwa fluktuasi iklim dan polusi udara mungkin berkontribusi pada peningkatan risiko kematian.

Agar tetap aman selama periode cuaca ekstrem atau ketika kualitas udara memburuk, disarankan untuk sebisa mungkin tidak beraktivitas di luar ruangan. Gunakan pembersih udara, penuhi kecukupan cairan agar tubuh tetap terhidrasi, dan pakai masker.

Baca Juga: Kondisi Curah Hujan, Bencana Akibat Cuaca Ekstrem, Hingga Catatan Kejadian Karhutla

Sementara, sebuah studi mengemukan efek fatal dari cuaca ekstrem seperti gelombang panas atau hawa dingin jika berbarengan dengan polusi udara. Penelitian telah diterbitkan bulan lalu di jurnal Circulation.

Kondisi itu disinyalir dapat melipatgandakan risiko serangan jantung. Bahkan dampak negatifnya pada sistem kardiovaskular juga terungkap bisa sangat berbahaya bagi para perempuan dan kalangan lanjut usia.

Seperti dikutip dari laman Health, melalui PMJ News, serangan jantung yang mematikan terdeteksi meningkat selama periode panas atau dingin yang ekstrem.

Baca Juga: Menyegarkan atau Berisikokah Minum Air Es di Cuaca Panas

Dalam studi, para peneliti menganalisis 202.678 kematian akibat serangan jantung di Provinsi Jiangsu, Cina, antara 2015 hingga 2020. Mereka memeriksa pola cuaca dan tingkat polusi pada hari-hari sekitar kematian.

Halaman:

Editor: Maryam Purwoningrum

Sumber: PMJ News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x